Tanggapi Kasus TKW Purwakarta Disiksa Majikan di Arab, Disnaker Sebut Status Neng Oyah
Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Purwakarta turut menaggapi terkait kasus tenaga kerja wanita (TKW) yang kabarnya disiksa majikan di Arab Saudi.
Penulis: Muji Lestari | Editor: Kurniawati Hasjanah
TRIBUNJAKARTA.COM, PURWAKARTA - Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Purwakarta turut menaggapi terkait kasus tenaga kerja wanita (TKW) yang kabarnya disiksa majikan di Arab Saudi.
Mencuatnya kabar soal adanya TKW asal Pasawahan, Purwakarta, yang mendapatkan perlakuan tak menyenangkan di Arab Saudi membuat Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Purwakarta ikut angkat bicara.
Kabid Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans Purwakarta, Turi Gantini mengatakan pihkanya belum mendapat laporan terkait kasus yang menimpa TKW asal Purwakarta, Neng Oyah.
Menurutnya, jika Neng Oyah Aifah (43) TKW Purwakarta tersebut ingin pulang ke Indonesia semestinya pihak keluarga bisa datang langsung ke Disnakertrans Purwakarta yang berada di Jalan Veteran, Ciseureuh.
• 6 Fakta TKW Purwakarta Disiksa Majikan, Difitnah Curi Emas hingga Kini Diawasi Polisi Arab Saudi
Kami belum dapatkan laporan. Keluarganya suruh datang saja ke kantor Disnaker dengan membawa dokumen-dokumennya," ujar Tuti melalui sambungan telepon, Rabu (15/1/2020).
Ketika disinggung terkait status Neng Oyah, yang bekerja sebagai TKW di luar negeri, Tuti menyebut status Neng Oyah sebagai tenaga kerja adalah ilegal.
Sebab menurut Tuti, penempatan kerja tak ada lagi yang di timur tengah termasuk Arab Saudi.
"Itu (Neng Oyah) ilegal. Jadi, keluarganya itu jangan berkoar di media sosial," ujarnya.
Lebih lanjut Tuti mengatakan agar keluarga korban datang ke Disnaker agar kasus yang menimpa Neng Oyah mendapat bantuan.
"Tapi, datang saja keluarga korban ke Disnaker biar kami selesaikan proses-prosesnya melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan kementerian terkait agar cepat dipulangkan," katanya.
Tuti juga menambahkan perusahaan yang memberangkatkan Neng Oyah ke Arab Saudi merupakan PT yang ilegal.
"Itu teh TKW ilegal ketahuan dari agennya yang ilegal. Sebab, kami sudah gak ada visa ke luar negeri terutama Arab Saudi atau Timur Tengah. Tapi, tetap kami bantu untuk memulangkannya. Kami mana tahu jika tak ada laporan," ujarnya.
Jadi TKW Karena Faktor Ekonomi
Putri kedua Neng Oyah, Isna Nurrohmah (19) menjelaskan alasan ibunya berangkat ke Arab Saudi dan menjadi tenaga kerja di sana karena faktor ekonomi.
"Jadi waktu itu aku lulus SMP dan kondisi keluarga sedang krisis ekonomi untuk membiayai kami semua yang sekolah," terang Isna.
Ia menjelaskan saat itu ayahnya tidak bekerja, sedangkan anak-ananknya harus tetap sekolah.
"Kondisi bapak (Wahyudin, 46) pun saat itu gak kerja hanya ke pasar saja dan pusing menyekolahkan adik-adik, akhirnya mamah memilih pergi ke Arab Saudi," katanya kepada Tribun Jabar, Rabu (15/1/2020).
Tak hanya untuk menyekolahkan anak-anaknya, kata Isna, Neng Oyah pergi ke Arab Saudi karena keluarganya memiliki banyak utang.
• Tetangga Keraton Agung Sejagat Beberkan Aktivitas Anggota, Sempat Ada Tantangan Duel dengan Warga
Mulanya Bekerja di Salon
Sebelum menjadi asisten rumah tangga di tempat majikannya yang sekarang, Neng Oyah Aipah diketahui bekerja di sebuah salon di Arab Saudi.
"Bapak mengizinkan mamah ke Arab Saudi dengan catatan mamah tak boleh jadi pembantu. Akhirnya mamah kan pertama ke sana bekerja di salon. Mamah nyaman saat itu kerja di salon tapi setelah pulang ke Indonesia dan balik lagi ke sana justru diambil oleh teman majikannya dan tak bekerja di salon lagi sehingga mulai ada masalah," ujar Isna.
Hal senada juga disampaikan oleh Saudara Neng Oyah, Peti.
"Tapi, Neng Oyah difitnah oleh temannya sendiri mungkin cemburu atau apa itu temannya. Lalu, sama majikannya yang dulu itu Neng Oyah dipindahkan ke majikannya yang baru tanpa sepengetahuannya," ujar Peti yang juga mantan TKI, melalui pesan singkat, Selasa (14/1/2020).
Difitnah Mencuri Emas
Peti menyebut bukan Neng Oyah saja yang mendapat tindak kekerasan dari majikannya.
Hal yang sama pun dirasakan oleh sopir majikannya yang juga satu tempat kerja dengan Neng Oyah.
"Sopir majikannya juga dapat tindak kekerasan. Bahkan, si sopir itu bilang kalau majikannya akhlaqnya 'setan'," ujarnya.
Selama dua tahun ini, Neng Oyah menurut Peti mendapatkan tindak kekerasan penganiayaan sampai yang terakhir ialah difitnah mencuri emas.
"Neng Oyah sempat ditangkap polisi di sana (Arab Saudi) khusus laki-laki yang di dalamnya semua laki-laki. Tahanan itu orang-orang stres semua dan disuruh untuk memperkosa Neng Oyah biar mengaku. Tapi, tetap saja Neng Oyah tak mau mengaku karena tak merasa mencuri," ujarnya.
• Pengakuan Mantan Pengikut Kerajaan Agung Sejagat, Bayar Seragam Rp 3 Juta hingga Dijanjikan Dolar US
Gaji Dipotong
Tak hanya disiksa, gaji Neng Oyah juga dikabarkan dipotong oleh majikannya.
Saudara sepupu Neng Oyah Aipah, Aab Abdurahman mengatakan Neng Oyah sudah sekitar lima tahun bekerja di Arab Saudi, dan dua tahun terakhir bekerja di majikan yang melakukan penganiayaan ini.
"Iya, majikan Teh Oyah yang sekarang ini galak sampai-sampai gajinya dipotong dan sekarang kabarnya sedang dipanggil oleh kepolisian Arab teh Oyah," ujar Aab
Gaji bulan-bulan kemarin selama tujuh bulan yang diterima Neng Oyah, lanjut Aab, diambil oleh majikannya.
"Sekarang teh Oyah belum bisa dihubungi. Gaji Oyah dipotong tapi potongannya lumayan harusnya 1.800 real hanya dibayar 1.000 real," ujarnya.
Pihak keluarga berharap kasus Neng Oyah Aipah ini dapat secepatnya terselesaikan dan Neng Oyah bisa secepatnya kembali pulang ke Indonesia dengan selamat.
"Masa visa teh Oyah tinggal dua bulan lagi akan habis. Semoga secepatnya kasus ini beres dan teteh datang dengan selamat," katanya.
• Nasib Uang Pensiun Hakim PN Medan Usai Istri Otaki Pembunuhan, Putrinya Minta Bantuan Biaya Kuliah
Tak Berani Lapor ke KJRI
Peti mengatakan, Neng Oyah sengaja tak bernani melaporkan kasusnya ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI).
Hal itu disebabkan lantaran Neng Oyah takut dengan majikannya.
"Sebab kalau ketahuan Neng Oyah lapor ke konsulat, maka nasibnya pasti akan sama seperti orang Nepal dan Filipina yang dikurung di kamar tanpa diberi makan sampai meninggal orang Filipina itu karena dikurung di kamar mandi selama tiga bulan," ucap Peti.
(TribunJakarta/TribunJabar)