Polemik Pembelian Speaker Rp 4 Miliar
Banyak Speaker Peringatan Dini Tak Berfungsi, Gembong: Jangan Beli Baru yang Lama Dimatikan
Hal ini pun menuai kritik dari Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Rencana Pemprov DKI Jakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membeli enam set pengeras suara atau speaker untuk memperkuat sistem peringatan dini bencana menuai polemik.
Adapun pembelian enam set perangkat pengeras suara yang disebut dengan disaster warning system (DWS) ini untuk melengkapi alat serupa yang telah dipasang di 14 titik rawan banjir sepanjang 2019 lalu.
TribunJakarta.com pun coba menelusuri keberadaan beberapa perangkat DWS yang telah dipasang oleh Pemprov DKI Jakarta sebelumnya.
Namun miris, ternyata alat yang seharusnya berbunyi saat bahaya banjir mengancam warga di sekitarnya itu sebagian besar tak berfungsi lagi.
Seperti yang ditemui TribunJakarta.com di wilayah Bidara Cina, Cipulir, dan Petogokan.
Hal ini pun menuai kritik dari Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono.
Menurutnya, sebelum berencana membeli alat baru, sebaiknya Pemprov DKI memperbaiki seluruh alat DWS yang rusak terlebih dahulu.
"Sebelum membeli yang baru yang lama harus berfungsi dulu sehingga yang baru itu sebagai penambah dari peralatan yang sudah dimiliki oleh Pemprov," ucapnya, Kamis (23/1/2020).
"Jangan membeli baru yang lama dimatikan," tambahnya menjelaskan.
Dibandingkan kembali membeli pengeras suara, Gembong pun menyarankan Pemprov DKI mengembangkan teknologi baru untuk sistem peringatan dini.
Terlebih, kini kemajuan teknologi sangat pesat dan anggaran yang dimiliki Pemprov DKI di tahun 2020 ini mencapai hampir Rp 90 triliun.
"Kita jarus ikuti teknologi, masa teknologi kita sudah maju tapi kita masih mau gunakan teknologi lama. Kan diketawain orang," ujarnya saat dikonfirmasi.
Jika masih tetap ingin bertahan dengan teknologi lama, politisi senior ini pun berkelar, sebagainya Pemprov DKI membeli kentongan untuk memperingati warganya dari bahaya banjir.
"Sekarang sudah ada perkembangan teknologi, masak pakai toa lagi? Kenapa enggak kembali ke tradisional saja sekalian? Pakai kentongan," kata Gembong.
"Itu jauh lebih murah, kearifan lokal juga secara budaya dan secara karakteristik lebih cocok," tambahnya.