Perayaan Imlek di Jabodetabek
Fenomena Gerombolan Pengemis Serbu Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang Saat Imlek
Hari Raya Imlek menjadi ajang berkumpulnya para pendatang dari luar kota menuju Kota Tangerang untuk menjadi gelandangan dadakan.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
"Biar dapat tempat, biasanya sih paling sedikit Rp 200 ribu, pernah sampai Rp 500 ribu untuk 2 malam. Di sini juga ada saudara kebetulan," aku Aming.
Menurut dia, Kota Tangerang memang menjadi primadona pengemis untuk mengais rezeki saat Imlek selain Jakarta.
Karena banyak penduduk etnis Tionghoanya dan juga terkenal dermawan dalam memberikan angpau.
Makna Budaya Begadang Saat Malam Imlek Bagi Warga Tionghoa, Datangnya Dewa Kekayaan
Perayaan Tahun Baru Imlek bagi warga etnis Tioghoa erat dengan sejumlah budaya, dari makanan yang disajikan hingga begadang.
Umat Vihara Amurva Bhumi, Liong Kim Ling mengatakan budaya begadang usai beribadah di malam Imlek yang dilakukan warga Tionghoa memiliki makna.
"Itu kebudayaan yang dibawa dari Tionghoa, jadi untuk yang begadang saat Imlek dipercaya dapat limpahan rezeki dari Dewa Kekayaan," kata Kim di Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (25/1/2020).
Menurutnya tak ada cara khusus selama begadang demi mengarap limpahan rezeki dari Dewa Kekayaan saat malam Imlek.
Warga keturunan Tionghoa cukup beribadah saat tengah malam pergantian hari lalu kembali ke rumah dan tak tidur.
"Dipercaya Dewa Kekayaan akan masuk ke rumah warga memberi rezeki yang begadang dan pintu rumahnya dibuka. Begadang sekuatnya saja, enggak ada aturan sampai jam tertentu," ujarnya.

Namun bukan berarti tak ada warga keturunan Tionghoa yang melakukan ibadah di siang hingga sore hari ini.
Kim menuturkan selepas beribadah warga etnis Tioghoa umumnya menyambangi rumah kerabatnya guna menghabiskan waktu.
"Habis ibadah biasanya silaturahmi ke rumah-rumah saudara atau makan-makan. Enggak beda jauh dengan saat Lebaran umat Islam bersilatuhrami," tuturnya.