Sisi Lain Metropolitan
Suami Meninggal karena Tumor Otak, Aning Tak Patah Semangat Kerja Banting Tulang Hidupi 6 Anak
Mencari rongsokan, menjual tutut hingga menjadi penjual kerupuk keliling, ia lakoni agar anak-anaknya bisa makan.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
Sejak saat itu kehidupan keluarganya membaik. Dua anaknya pun sudah menikah dan ia hanya menanggung biaya hidup 6 anaknya.
"Alhamdulillah merangkak berubah kehidupan. Tiap hari adalah buat makan," katanya.
Sayangnya, di tahun 2009 ia mengalami penurunan ekonomi kembali.
Suaminya di vonis menderita tumor otak dan kelenjar getah bening.
Rintihan demi rintihan tiap hari keluarganya dengar. Sambil memegang kepala, suaminya teriak sakit.
Akhirnya, keadaan tersebut memaksanya bekerja banting tulang kembali.
"Mau enggak mau saya kerja. Kasian anak-anak saya nanti kelaparan kayak dulu lagi. Akhirnya saya jualan kopi keliling sampai ke dalam TMII," katanya.
Demi anaknya, ia rela kucing-kucingan dengan petugas pengamanan di TMII.
"Saya ini ibaratnya pedagang engga resmi. Makanya sering dikejar tentara di dalam. Tapi mau gimana demi anak. Apalagi suami saya enggak lama meninggal. Mau enggak mau semua biaya saya yang tanggung," ungkapnya.
Saat ini, Aning masih berjuang seorang diri menghidupi anak-anaknya.
Setiap harinya ia mengurangi waktu tidurnya demi membuat cilok kuah.
Sementara pagi sampai siang ia menjual kopi keliling.
"Ya sampai sekarang tetap kerja keras. Pagi jualan kopi, siang lanjut jualan cilok kuah. Alhamdulillah buat makan aja ma ketemu uangnya. Yang penting semangat dan enggak nyerah aja demi anak-anak," ujarnya.