Sisi Lain Metropolitan

Cerita Sedih Abdul, Uang Jualan untuk Biaya Si Bungsu Dicuri Makmum saat Salat Berjemaah

Ini kisah Abdul Hamid (75), pernah uang jualannya seharian dicuri saat salat berjemaah.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Y Gustaman
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Abdul pedagang pikulan perabotan dan aksesoris di Jalan Raya Kranggan, Jatisampurna, Bekasi, Jumat (6/3/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JATISAMPURNA - Ini kisah Abdul Hamid (75), pernah uang jualannya seharian dicuri saat salat berjemaah.

Abdul, sapaannya merupakan pedagang perabotan dan aksesoris asal Garut, Jawa Barat.

Terhitung sudah 15 tahun, ia tinggal dan keliling berjualan di kawasan Jatisampurna, Bekasi.

"Dulunya jualan di Kramat Jat, tapi 15 tahun lalu pindah dan ngontrak sendiri di Kranggan," kata Abdul kepada TribunJakarta.com, Jumat (6/3/2020).

Baik di Jakarta Timur maupun di Bekasi, Abdul tak pernah sekalipun berkeinginan mengganti jualannya.

Setiap hari ia tetap memikul beban sekira 25 kilogram keliling kampung dan menjajakan jualannya.

Ia menuturkan harga memang berbeda Rp 1 ribu, Rp 2 ribu dari pedagang dengan gerobak.

Hal ini ia lakukan usai mengukur lelahnya memikul dan keliling dengan beban berat.

Kendati demikian, Abdul kerap mendapatkan tawaran tiap kali jualan.

Akhirnya, mau tak mau ia mengurangi harga dagangannya.

"Suka ditawar. Kalau belinya banyak saya kurangi," ungkapnya.

Selain ditawar, Abdul menceritakan memiliki kisah pilu yang membekas.

Kisah tersebut menjadi pengalaman pertama yang ia dapatkan setelah puluhan tahun merantau dan mengadu nasib di kota besar.

Kejadian tersebut terjadi sekira pertengahan Februari lalu. Kala itu ia sedang berjualan di daerah Cikeas.

Memasuki waktu salat, ia memutuskan berhenti di salah satu masjid untuk menunaikan salat zuhur.

"Selain ditawar ada lagi yang paling saya ingat. Waktu itu saya mau salat Zuhur dan ada yang tepak saya," jelasnya.

"Pak saya ikut jadi makmum ya. Bapak imamnya," ujar lelaki tersebut.

"Iya boleh," balas Abdul cepat.

Baru saja memulai salatnya, Abdul mengingat tas tempat uangnya berada di belakangnya.

"Jadi baru Allahuakabar itu perasaan saya enggak enak. Kayak ada yang aneh."

"Saya ingat tas uang itu ada di belakang. Saya langsung berhentiin salat kemudian lihat ke belakang," lanjutnya.

Kosong menjadi pemandangan yang ia lihat. Tak ada makmum dan tas uangnya.

"Saya buru-buru lari kerjar orang itu keluar masjid. Orang ini sudah naik motor dan saya posisi masih pakai sarung," katanya.

"Kamu ambil uang saya ya," ujar Abdul.

"Enggak. Mana buktinya," jawab lelaki itu sambil kabur.

"Saya lemas. Lanjut salat tapi habis situ nangis-nangis. Soalnya di tas itu bukan uang hasil jualan hari itu aja."

"Tapi uang yang saya kumpulkan untuk istri dan anak-anak di kampung."

"Ada sekira Rp 1 juta. Sementara uang jualan sekira Rp 300 ribu," jelasnya.

Masih dalam posisi menangis, ia didatangi seseorang yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.

"Pak ini tasnya bukan? Saya temukan di dalam WC," ujar lelaki berpakai koko itu.

"Alhamdulillah saya langsung berhenti nangis dan periksa isi tas. Untung yang Rp 1 juta masih ada. Yang ilang Rp 300 ribu tadi," jelasnya.

Saat ini ia sudah mengikhlaskan kejadian tersebut dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut.

"Saya belajar buat enggak teledor. Kalau salat, tas uang harus di depan saya sejak saat itu," jelasnya.

Tetap bekerja

Sempat dicuri, rupanya tak membuat Abdul patah semangat.

Ia tetap berkeliling karena masih memiliki anak yang masih sekolah.

"Kejadian itu enggak buat saya kapok. Soalnya anak ke-4 saya itu, Solehudin masih sekolah. Masih butuh biaya," katanya.

Meskipun memiliki sawah seluas 2.500 m², Abdul tetap tak mengharapkan rezeki dari satu tempat saja.

Ia tetap gigih agar keluarganya bisa hidup dengan sejahtera.

"Kalau padi kan panennya 4 bulan sekali. Jadi dari pada saya diam di rumah, lebih baik saya merantau cari uang tambahan. Nanti setiap 20 hari sekali pulang," jelasnya.

Setiap harinya Abdul mendapatkan penghasilan berkisar Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu, dengan untung sekira 70 persennya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved