Virus Corona di Indonesia
Minta Masyrakat Tak Takut Virus Corona, dr Handrawan Nadesul: Demam Berdarah Itu Jauh Lebih Jahat!
Motivator kesehatan dr Handrawan Nadesul meminta masyarakat Indonesia tak takut dengan virus corona.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM - Motivator kesehatan dr Handrawan Nadesul meminta masyarakat Indonesia tak takut dengan virus corona.
Hal tersebut disampaikan dr Handrawan Nadesul saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia, pada Jumat (6/3/2020).
dr Handrawan Nadesul mulanya mengatakan kelebihan dari virus corona adalah dapat menular dengan sangat cepat.
TONTON JUGA
"Itu kelebihan dia, daya tularnya cepat," kata dr Handrawan Nadesul dikutip TribunJakarta.com dari YouTube Talk Show tvOne.
dr Handrawan Nadesul menjelaskan angka kematian karena virus corona terbilang kecil, yakni 2%.
Penelusuran TribunJakarta.com total orang yang terinfeksi virus corona ada 98.424 orang dengan angka kematian 3.386.
"Tapi kematian tetap dua persen, maka dari itu masyarakat jangan takut," ucap dr Handrawan Nadesul.
"Karena diberitakan di media yang mati tambah berapa karena kasus barunya muncul, ya bertambah," tambahnya.
• Ustaz Dipukul Sebab Tak Terima Anak di-DO dari Pesantren, Hendrizal: Gak Manusiawi yang Nyebar Video
TONTON JUGA
dr Handrawan Nadesul membandingkan angka kematian akibat virus corona dengan SARS.
"Tapi kalau di lihat berapa? SARS 15%, itu yang mesti kita takut," kata dr Handrawan Nadesul.
Tak cuma dengan SARS, dr Handrawan Nadesul juga membandingkan virus corona dengan demam berdarah (DB).
Menurut dr Handrawan Nadesul demam berdarah jauh lebih berbahaya dibanding dengan virus corona.
• Sempat Kaget Lihat Kebiasaan Nagita Slavina & Raffi Ahmad, Mbak Lala Sempat Ingin Berhenti: Cape Pak
"DB berapa? langsung mati," kata dr Handrawan Nadesul.
"Kita tidak memperhatikan demam berdarah itu lebih jahat dari corona! tapi kok corona kita takut,"
"Demam berdarah harus lebih takut, kita tiap tahun kena demam berdarah tapi kok tenang saja,"
"Karena dunia heboh, kita ikut heboh," tegasnya.
• Cabuli Anak Tiri saat Istri Kerja Keras di Pasar, Aksi Keji Pelaku Terkuak Berkat Nyinyiran Tetangga
dr Handrawan Nadesul mengatakan virus corona dapat sembuh dengan sendirinya tergantung imunitas tumbuh penderita.
"Jenis virus ini bersifat menyebuhkan diri sendiri," kata dr Handrawan Nadesul.
"Di china penyembuhannnya 60%,"
"Yang menyebuhkan itu sistem imun kita," tegasnya.
SIMAK VIDEONYA:
• Pukul Ustaz Karena Tak Terima Anak di-DO dari Pesantren, Hendrizal: Gak Manusiawi yang Nyebar Video
Tak Cuma Karena Panik, Psikolog Beberkan 4 Faktor Penyebab Warga Borong Sembako hingga Masker
Psikolog Oriza Sativa mengomentari fenomena panic buying yang melanda Indonesia beberapa hari ini.
Hal tersebut disampaikan Oriza Sativa saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia, pada Kamis (5/3/2020).
Fenomena panic buying atau membeli barang dalam jumlah besar terjadi setelah Presiden Jokowi mengumumkan ada dua WNI yang terinfeksi virus corona, pada Senin (2/3/2020).
TONTON JUGA
Menurut Oriza Sativa panic buying tak selalu berhubungan dengan rasa panik.
Oriza Sativa menjelaskan ada empat faktor yang melandasi seseorang dapat melakukan tindakan demikian.
"Menurut saya istilah panic buying tidak selalu tentang panic," kata Oriza Sativa dikutip TribunJakarta.com dari YouTube TV One.
"Saya menggunakan pedekatan atribusi sosial, bahwa sebetulnya yang melatari memborong atau menimbun tadi ada empat hal," ucapnya.
• Disebut Said Didu Tertular Virus Kebohongan, Yusuf Mansur Bijak: Saya Mau Nemuin Bapak Bila Berkenan
TONTON JUGA
Ke empat faktor tersebut adalah, eksternal, internal, spontan, dan pertimbangan.
"Secara internal, eksternal, spontan, dan secara pertimbangan," jelasnya.
Oriza Sativa menjelaskan faktor internal bersumber dari pengetahuan suatu individu itu sendiri terhadap sebuah permasalahan.
Ia mencontohkan apabila seseorang memiliki pengetahuan soal efek virus corona, maka hal tersebut akan mendorongnya untuk melakukan sesuatu, misal memborong dan menimbun sembako hingga masker.
• Numpang Tidur di Rumah Ibadah, 2 Pria Ini Dipergoki Warga Dalam Keadaan Telanjang saat Lampu Mati
"Yang pertama mungkin orang melakukan itu baik itu menimbun atau memborong itu karena adanya pengetahuan-pengetahuan yang dia miliki," kata Oriza Sativa.
Oriza Sativa mengatakan faktor yang kedua adalah eksternal.
Perilaku seseorang memborong dan menimbum sembako dapat dipengaruhi dari informasi tak benar terkait virus corona yang didapatnya.
"Yang kedua faktor eksternal kita bisa terpengaruh karena orang lain juga karena berita-berita yang tidak benar," ucap Oriza Sativa.
• Aksinya di Tengah Panic Buying Viral, Pemilik Toko Sembako Berpesan ke Pembeli: Pulang Sembahyang Ya
Faktor ketiga adalah spontan, menurut Oriza Sativa satu dari empat orang dewasa di DKI Jakarta mengalami gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan tersebut memiliki gejala, salah satunya adalah mudah panik.
"Yang ketiga faktor spontan, kalau secara psikologi kita mengamati adanya kepanikan tadi, ini baru namanya panic buying," ujar Oriza Sativa.
"Kepanikan itu sendiri merupakan bagian dari kecemasan,"
"Sedangkan dari jurnal penelitian mengatakan satu dari empat orang dewasa terutama di kota besar, itu pasti menderita kecemasan,"
"Kalau cemas salah satu gejalannya panik," imbuhnya.
• Matikan Lampu saat Numpang Tidur di Mushala, 2 Pria Ini Terciduk Warga Dalam Kondisi Telanjang
Faktor yang terakhir adalah pertimbangan menurut Oriza Sativa.
"Yang ke empat, adalah yang terakhir faktor pertimbangan," kata Oriza Sativa.
"Bahwa orang tersebut membeli atau memborong karena dia menilai situasi ini sudah krisis atau sebagainya," tambahnya.*
SIMAK VIDEONYA:
• Ayu Ting Ting Telepon Sosok Ini Saat Tahu 2 Warga Depok Positif Corona, Wendy Cagur Sontak Nyeletuk