Remaja Pembunuh Anak Serahkan Diri

Korban Pembunuhan Gadis ABG Hilang Malam Jumat: Kabar Diculik Makhluk Halus dan Perintah Ketua RT

APA, bocah berusia 6 tahun yang dibunuh oleh gadis ABG berinisial NF (15) sempat diduga warga hilang diculik makhluk halus.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Muji Lestari
WARTA KOTA/JOKO SUPRIYANTO
Pemakaman bocah 6 tahun yang dibunuh ABG dan mayatnya disimpan di dalam lemari, Sabtu (7/3/2020). 

“Katanya sempat pergi sekolah pakai baju sekolah. Dia sempat ganti baju. Melaporkan ke Polsek Taman Sari,” tuturnya.

Berselang satu hari kemudian, NF melaporkan kejadian itu kepada aparat Polsek Taman Sari. Namun, karena tempat kejadian perkara masuk wilayah hukum Polsek Sawah Besar, maka kasus itu ditangani Polsek Sawah Besar dibantu Polres Metro Jakarta Pusat

Permintaan Psikolog Forensik

Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel berharap ekspos kasus pembunuhan sadis oleh ABG perempuan berinisial NF (15) kepada bocah lima tahun berinisial APA, tidak memunculkan sikap mengelu-elukan si pelaku.

Kepala Bidang Pemantauan dan Kajian Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini mengkhawatirkan, tindakan ABG itu malah menginspirasi anak-anak lain.

"Berharap sekali ekspos kasus ini tidak berekses pada munculnya sikap mengelu-elukan si anak-pelaku karena perilaku ekstrimnya," ujar Reza kepada Tribunnews.com, Minggu (8/3/2020).

"Tidak hanya pengakuan semacam itu yang diinginkan 'anak-pelaku', tapi juga dikhawatirkan menginspirasi anak-anak lain. Karema harus diakui, hari ini nampak lebih gampang meledak ketimbang generasi sebelumnya," jelasnya lebih lanjut.

Reza melihat, ada empat kondisi yang bercampur pada diri ABG tersebut, yakni impulsivity, aggression, manipulativeness, dan defiant.

Empat kondisi ini kata dia, menghadirkan tantangan ekstra bagi penyidik.

Khususnya untuk mengungkap, apakah jawaban anak-pelaku adalah benar-benar nyata atau fabrikasi belaka?

Juga dengan segala kesantunannya, antara lain, datang sendiri ke kantor polisi, apakah ABG semacam itu memang menyesal atau justru sedang mengikuti aturan agar nantinya bisa dia manfaatkan?

Andai dia bertindak positif di depan konselor, lanjut dia, apakah ABG itu sesungguhnya sedang mempelajari suatu siasat tertentu bahkan tanpa disadari konselornya?

Ujungnya, akan diapakan anak yang berkepribadian-berperilaku sedemikian brutal?

Pasti dia sudah bisa menangkap banyak kalangan ingin si pelaku dihukum seberat mungkin.

Namun, kata dia, studi kekinian di bidang psikologi dan neuroscience justru memandang, anak dengan tabiat callous unemotional (CU, sebutan yang lebih lazim bagi anak-anak berkepribadian psikopat) tidak laik dihukum seperti para pelaku dewasa yang juga melakukan pembunuhan 'biasa'.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved