Sisi Lain Metropolitan
Kisah Nenek Suminah Hidup Sebatang Kara di Jakarta Viral di Medsos: Kini Tak Jualan karena Sakit
Hidup sebatang kara di Jakarta, Suminah (89) libur jualan lebih dari seminggu akibat sakit.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, MAMPANG PRAPATAN -
Suminah atau kerap disapa nenek Suminah merupakan pedagang peyek, donat dan buah asal Surabaya, Jawa Timur.
Ketika tubuhnya sehat, ia biasa berjualan di Jalan Bangka VII dalam, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Kisah perjuangannya yang masih berdagang pun pernah ada di sejumlah media sosial.

Namun, sekira 10 hari belakang, nenek menuturkan sudah tak berjualan dan terbaring lemah di kontrakannya, Jalan Bangka Barat IV RT 12/7, akibat sejumlah penyakit yang ia rasakan.
Kendati demikian, nenek mengatakan sangat bersyukur karena dipertemukan dengan sesama pengontrak yang baik dan menyayanginya.
Bahkan sudah menjaga dan merawatnya seperti keluarga sendiri.
Selama dirinya sakit, ia diurus oleh Komar dan istrinya, Umi Salamah (53) yang mengontrak juga di dalam rumah itu.
"Nenek enggak bisa ngomong banyak, sakit," katanya sambil memegangi bagian perutnya.
"Jadi nenek memang sudah lama ngontrak sama suami saya. Suami saya kerjanya sopir, saya kadang di kampung, Purbalingga kadang di sini. Pas nenek sakit, kebetulan saya sudah di sini. Makanya saya yang urusi, karena kan satu kontrakan, satu atap cuma beda kamar aja," kata Umi Salamah kepada TribunJakarta.com, Rabu (11/3/2020).
Lanjut, Salamah menjelaskan jika nenek sudah 10 hari mengeluhkan pinggang dan kakinya sakit. Kemudian pada bagian ulu hatinya terasa nyeri sehingga makannya menjadi tak teratur.
"Ada kayaknya 10 hari sudah enggak jualan. Makanya saya yang urusin nenek. Makannya, beli obat dan yang saya bisa bantu aja. Padahal belum lama masih jualan," lanjutnya.
Melihat kondisi nenek yang seperti itu, Salamah menuturkan merasa sedih.
Pasalnya, ia, suami dan anak-anaknya sudah menganggap nenek sebagai keluarganya sendiri.
Sehingga tak jarang nenek sering berbagi cerita kepada dirinya.
"Saya nganggap nenek kayak ibu saya sendiri. Lihat dia begini sedih juga. Apalagi dia bilang suaminya sudah enggak ada. 2 anaknya sudah meninggal sejak kecil," katanya.
"Jadi buat kehidupan sehari-hari, nenek jualan makanan itu. Kalau untungnya saya kurang tahu. Yang jelas kalau peyek di anatar tiap sore dan dia langsung bayar. Sementara buahnya dia ambil di orang pas pagi-pagi sudah keluar rumah. Saya ajak ke kampung dan Surabaya juga enggak mau," tambahnya.
"Nenek mau ke Surabaya?" tanyanya kala itu.
"Surabaya ke rumah siapa? Mau hidup mati (meninggal) di sini," balas nenek.
Sejak saat itu, Salamah tak pernah menyinggung soal Surabaya kepada nenek.
Ia dan suaminya pun memutuskan agar nenek tak lagi membayar kontrakan perbulannya.
• Istri Irjen Boy Rafli Amar Minta Ini ke Warga yang Menolong setelah Mobilnya Diseruduk Transjakarta
• Tribunnews Bangun Kantor di Pusat Kota Bogor: Usung Konsep Milenial Industrial dan Punya Roof Top
Sehingga, nenek berdagang hanya untuk kehidupan sehari-harinya saja.
"Nenek paling beli makan sendiri. Pampers dan lainnya juga dia yang beli sendiri. Mungkin enggak enak kali ya. Jadi saya hanya bantu sebisa saja aja. Termasuk ketika kondisinya sedang sakit," jelasnya.
Saat ini, nenek sudah diberikan resep oleh dokter dan ia sudah meminum obat tersebut.
Hanya saja kondisinya belum menunjukan perubahan dan ia masih mengeluhkan sakit di sejumlah bagian tubuhnya.
"Sudah di tawari untuk di rawat di Puskesmas sama bu RT tapi dia (nenek) enggak mau. Katanya sudah minum obat. Saya hanya berdoa agar nenek kembali sehat dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa," tandas Salamah