Siswa SMA Dihipnotis, Disekap, Hingga Dicabuli oleh Mustofa, Berawal dari Tepukan Punggung
Pencabulan dilakukan di rumah tersangka di Dusun Kenayan, Desa Sumberagung, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Satreskrim Polres Pasuruan mengamankan seorang terduga pelaku penculikan, penyekapan dan pencabulan yang sempat terjadi di wilayah hukum Polres Pasuruan.
Tersangka Mustofa (47) alias Musdalifa diamankan di rumahnya, Dusun Kenayan, Desa Sumberagung, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
Dari pria tersebut, polisi berhasil mengamankan barang bukti satu set kartu remi dan satu set kartu lentrek atau kartu yang digunakan untuk menghipnotis korbannya yang dikemas di kantong warna hijau yang bertulisan huruf Arab.
Mustofa diduga adalah predator pedofilia. Dalam kasus ini, Mustofa diduga kuat menculik, menyekap dan mencabuli STN, remaja yang masih duduk di bangku SMA di Kota Pasuruan.
Kronologi kejadian
Kronologi penyekapan dan pencabulan seorang siswa SMA di Kota Pasuruan oleh pria bernama Mustofa alias Musdalifa terungkap.
Siswa SMA berinisial STN ini disekap setelah sebelumnya dihipnotis.
Tak cuma itu, STN juga disodomi dengan cara keji.
Berikut kronologinya:
1. Dihipnotis
Kasatreskrim Polres Pasuruan AKP Adrian Wimbarda menjelaskan, kejadian ini terjadi 23 Februari 2020.
Saat itu, STN dan temannya, FHM, sedang berada di area alun - alun Bangil, depan Masjid Jami' Bangil.
Tak lama, tiba - tiba, tersangka ini datang dan bergabung dengan korban yang sebenarnya antara korban dan tersangka tidak saling kenal.
Dari pemeriksaan saksi, diceritakan tersangka ini menepuk punggung korban.
"Katanya, tepukan tersangka ke punggung korban ini merupakan guna - guna atau hipnotis dan membuat korban tidak sadarkan diri," kata Kasatreskrim saat rilis, Selasa (17/3/2020) siang.
2. Korban disekap di rumah
Kasatreskrim menjelaskan, setelah itu, tersangka mengajak korban dan teman korban ke rumahnya di Grati. FHM yang merasa tidak kenal dengan tersangka langsung menolaknya.
Sedangkan korban, kata Kasatreskrim, tidak sadarkan diri dan diduga kuat dibawah pengaruh hipnotis sehingga tidak menolak ajakan tersangka. Setelah itu, tersangka membawa korban ke rumahnya.
Menurut Kasatreskrim, tersangka disekap selama tiga hari di rumahnya.
Dari hasil penyidikan, tersangka menyekap korban sejak 23 Februari sampai 26 Februari 2020.
"Korban disekap tiga hari di rumahnya, sebelumnya akhirnya ditangkap dan kasus ini diungkap sama Satreskrim Polres Pasuruan.
3. Dicabuli
Selama disekap itulah, tersangka mencabuli atau menyodomi korban.
Pencabulan dilakukan di rumah tersangka di Dusun Kenayan, Desa Sumberagung, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
Pria 47 tahun ini diamankan di rumahnya.
Dari tersangka, polisi berhasil mengamankan barang bukti satu set kartu Remi dan satu set kartu lentrek atau kartu yang digunakan untuk menghipnotis korbannya yang dikemas di kantong warna hijau lengkap dengan tulisan Arab.
• Daftar Pemantauan dan Pengawasan Corona di Kota dan Kabupaten Bekasi, Hingga Hari Ini Capai 96 Orang
• Bersihkan Tangan Dengan Sabun Lebih Baik Ketimbang Hand Sanitizer Untuk Cegah Corona, Ini Alasannya
• Kesaksian Sapri Tahu Anaknya Tenggelam: Padahal Siang Disuapi Ibunya, Sore Kejadian Begini
• Pemprov DKI: 51 Warga DKI Terinfeksi Virus Corona, Paling Banyak di Jakarta Selatan
• Mendagri Tegaskan Lockdown Kewenangan Pusat
4. Kasus di Surabaya
Di Surabaya, seorang guru Nicolas Handy Biantoro, (40) tega mencabuli siswa-siswinya.
Sebelum aksi pencabulan dilakukan, Nico memanggil anak-anak tersebut untuk masuk ke rumahnya dan dimandikan.
"Saya mau mandikan dia, bersihkan kotoran-kotoran saja. Saya kasihan karena gak terawat begitu," akunya.
Nico mengatakan, jika aksi pencabulannya itu dilakukan secara spontan.
"Ya pas saya mandikan itu tiba-tiba ada keinginan coba-coba buat cabuli korban," tambahnya.
Wakasat Reskrim Polrestabes Surabaya, Kompol Ardian Satrio Utomo menyebut, tersangka melakukan bujuk rayu pada korban dengan cara berpura-pura menjadi dokter.
"Berbekal stetoskop itu, tersangka berpura-pura memeriksa kesehatan korban. Namun dari situ niat jahat tersangka dilakukan," kata Ardian,Kamis (12/3/2020).
Setidaknya sudah ada delapan korban yang jadi sasaran tersangka.
Delapan korban itu terdiri dari lima anak laki-laki dan tiga anak perempuan. (Surya)