Penusukan Pengamen di Jakarta Timur
7 Fakta Pengamen Tewas Ditusuk Rekan: Tak Patungan Beli Miras, Jasad Ditinggal di Trotoar
Muhammad Hardiansyah, pengamen jalanan yang biasa mengamen di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur meregang nyawa. Ini deretan faktanya.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Muhammad Hardiansyah, pengamen jalanan yang biasa mengamen di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur meregang nyawa.
Muhamma Hardiansyah tewas dibunuh dua rekannya, Feggy Sefrianda (26) dan Ranai.
Pemicunya sepele, Muhammad Hardiansyah menolak patungan membeli minuman keras jenis Intisari saat nongkrong.
Hal itulah yang menjadi motif Feggy dan Ranai menghabisi Hardiansyah pada Kamis (5/3/2020).
TribunJakarta.com merangkum sejumlah fakta terkait dengan pembunuhan itu.
1. Ngamen Bareng
Sebelum berkelahi ketiganya sempat ngamen bareng di Jalan Raya Pondok Gede.
"Peristiwa diawali mereka mengamen bersama-sama, mengamen di sekitar Jalan Raya Pondok Gede. Hasilnya mereka sepakat belikan minuman keras," kata Kapolrestro Jakarta Timur Kombes Arie Ardian Rishadi di Mapolrestro Jakarta Timur, Rabu (18/3/2020).
Dari hasil ngamen di sekitar Jalan Raya Pondok Gede, mereka membeli dua botol minuman keras jenis Intisari, rokok, dan makanan.
2. Tolak Patungan Beli Miras

Saat ingin patungan membeli botol minuman ketiga, Hardiansyah menolak ikut patungan dengan alasan tak punya duit.
"Saat itu tersangka (Ranai) mengeluarkan Rp 30 ribu, tapi korban tak mengeluarkan uang sehingga tersangka menegur korban," ujarnya.
Ranai menegur Hardiansyah dengan kalimat 'Kalau uangnya ada keluarinlah. Enggak mungkin enggak punya, soalnya dari awal lu enggak ngeluarin uang'.
Lantaran sama-sama dalam pengaruh alkohol, Hardiansyah membalas protes Ranai yang kini buron dengan kalimat kasar.
"Tapi dibalas dengan jawaban yang menurutnya menyinggung perasaan dengan gunakan kata-kata kasar sehingga tersangka tersinggung," tuturnya.