Rupiah Nyaris Sentuh Rp 16 Ribu per USD: Reaksi Menko Airlangga, Jurus BI dan Sinyal Pra Krisis

Nilai tukar rupiah hampir menyentuh Rp 16 ribu per dollar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Reaksi Airlangga Hartarto hingga jurus Bank Indonesia.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Muhammad Zulfikar
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Karyawan jasa penukaran uang asing, menunjukan dollar amerika di Masayu Agung, Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) semakin melemah ke Rp 14.457 per dollar AS. 

Hari ini, Kamis (19/3/2020) ditutup melemah 4,53% ke level Rp 15.913 per dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 3,21% ke level Rp 15.712 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal melihat rupiah masih berpotensi melemah dan menembus level Rp 16.000 pada perdagangan besok.

Dia mengatakan, pemangkasan suku bunga oleh BI dinilai tidak akan terlalu berdampak positif dalam mengangkat kinerja rupiah.

Sebagai informasi, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam telekonferensi hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI sore tadi mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,5%.

“Upaya BI efeknya tidak akan besar dan terbatas. Berkaca dari Bank Sentral Eropa yang pagi tadi juga beri stimulus besar-besaran namun nyatanya euro tetap terpukul juga,” terang Faisyal ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/3/2020).

Namun, Head of Economics and Research Bank UOB Enrico Tanuwidjaja justru melihat upaya BI dirasa sudah cukup bagus.

Menurutnya, saat ini yang perlu diperhatikan adalah respons pasar terhadap upaya stabilisasi rupiah melalui kenaikan frekuensi item deposit, dan efek swap pricing pasca Giro Wajib Minimum (GWM) valas diturunkan.

“Ini kan baru ditetapkan per hari ini, dan baru efektif besok. Jadi bisa kita lihat seberapa banyak kebijakan tersebut bisa menambah suplai dolar AS dari instrumen term deposit valas dan effect swap option,” tutur Enrico.

Faisyal memproyeksikan rupiah besok akan bergerak pada rentang Rp 15.800 - Rp 16.200 per dolar AS.

Sementara Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menghitung rupiah akan berada pada rentang Rp 15.360-Rp 16.660 per dolar AS.

“Ada kemungkinan bisa menembus Rp 16.000. Hal ini dikarenakan sepertinya investor sedikit merasa insecure, apalagi investor asing. Sehingga membuat likuiditas dolar AS di pasar nilai tukar pun anjlok,” ujar Fikri.

Sinyal Tanda-tanda Pra-Krisis

Menyikapi tren pelemahan rupiah yang hari ini hingga hampir menyentuh level Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), pengamat menilai ini sebagai sinyal Indonesia sedang menghadapi fase pra-krisis ekonomi.

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara mengakui, kondisi ekonomi Indonesia saat ini dalam kondisi buruk.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved