Sisi Lain Metropolitan

Selain Buka Donasi Produksi Baju Hazmat, 2 Alumni UI Ini Ajak Relawan Bantu Tenaga Medis

Bantu tenaga medis dengan sediakan baju hazmat, dua alumni Universitas Indonesia (UI) ajak pemilik konveksi dan relawan untuk bergabung berasama.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
Dok Foto Pribadi
Informasi soal alat pelindung diri (APD) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - Bantu tenaga medis dengan sediakan baju hazmat, dua alumni Universitas Indonesia (UI) ajak pemilik konveksi dan relawan untuk bergabung berasama.

Sebelumnya sempat viral postingan perihal #UrunanProduksi di media sosial.

Dalam postingan tersebut, masyarakat diajak membantu dalam bentuk donasi untuk produksi alat perlindungan diri (APD) yakni baju hazmat, yang jumlahnya mulai terbatas sementara tenaga medis menjadi garda terdepan ketika wabah corona melanda Indonesia.

Rupanya #UrunanProduksi ini merupakan ide dari Rina Mardiana (28) lulusan Ilmu Keperawatan UI dan Maryati Dimursi (30) lulusan Sastra Indonesia UI.

Mereka berdua memulai langkah ini berawal dari curhatan rekannya yang menjadi bagian dari tenaga medis yang merawat para pasien Covid-19.

Mengetahui dan mendengar sejumlah cerita tersebut, keduanya tergerak untuk membantu.

"Kebetulan, aku dan Rina satu alumni dan juga satu organisasi (Mapala UI) ketika kuliah dulu. Semua berawal dari kekhawatiran kami tentang teman-teman kami yang bekerja di Rumah Sakit. Mereka menggunakan APD yang seadanya bahkan ada yang menggunakan plastik sebagai pengganti APD" kata Maryati kepada TribunJakarta.com, Kamis (26/3/2020).

"Mereka sedih, takut tertular karena kurangnya APD, tapi disisi lain ini merupakan tugas mereka untuk ada di depan menolong para pasien," lanjutnya.

Hal itulah yang mendorong keduanya untuk membuat Baju Hazmat sebagai bentuk bentuk solidaritas kepada teman-teman medis.

"Ini sebenarnya spontanitas dan dipublish pada Selasa (24/3/2020). Nantinya biaya yang terkumpul hanya akan digunakan untuk pembelian material, biaya penjahit dan kebutuhan distribusi," kata Rina.

Pada proses awal, sekitar 50 baju hazmat sedang di produksi oleh mereka dengan menggandeng sejumlah konveksi rumahan di sekitaran Depok.

Awalnya, produksi menggunakan dana pribadi tapi kemudian mulai banyak yang menyumbang atas nama pribadi atau organisasi.

Selanjutnya, konveksi rumahan di pilih mereka dengan alasan bisa diambil harian dan bisa mengatur atau mengkordinasikan perihal jumlahnya.

"Kalau setiap konveksi bisa menghasilkan 20 Baju Hazmat setiap hari, jika kami bisa menggaet 10 konveksi saja, maka setiap harinya ada 200 baju yang bisa kami distribusikan. Ini bisa jadi pengganti sementara menunggu pasokan APD dari pemerintah," jelas Maryati.

Selain itu, bukan hanya perihal donasi, keduanya juga memberikan akses bagi relawan dan pemilik konveksi lainnya.

"Teman-teman yang punya dana, ingin jadi relawan dan konveksi boleh bergabung," kata Maryati.

Hal ini dijelaskan dalam gambar yang mereka buat yang berisikan sebagai berikut:

Kamu pengusaha dan punya konveksi kamu bisa bantu juga untuk menggerakkan penjahit

Kamu bisa bantu menyebarkan info ini ke teman-teman kamu yang lain dan bantu bergerak bersama menjadi volunteer

Kendala

Sebelum memproduksi baju hazmat, keduanya menuturkan lebih dulu melakukan riset bahan apa yang kira-kira mendekati untuk dipakai sebagai pengganti baju hazmat.

Hal ini tentunya yang benar-benar diperhatikan oleh keduanya. Sebab mereka harus mencari bahan yang lebih baik dari jas hujan plastik dan bentuknya mendekati yang standar.

"Akhirnya dapat rekomendasi bahan yang bagus dari teman kita," jelas Maryati.

Usai bahan didapatkan, mereka membawanya ke empat konveksi rumah yang telah bekerjasama dengan standar yang disesuaikan.

Selanjutnya, mereka menargetkan untuk memproduksi sekitar 300-400 baju hazmat lagi.

Hal ini mengingat banyak Rumah Sakit yang membutuhkan APD.

"Minggu ini target kita 300 baju hazmat. Itu adalah jumlah yang berhasil kami kumpulkan dari Donasi. Dari jumlah tersebut akan didistribusikan ke sejumlah RS yang membutuhkan." kata Maryati.

"Saat ini kita masih mencari pihak ketiga untuk memberikan informasi valid perihal RS mana saja yang menjadi prioritas dan benar-benar membutuhkan APD," sahut Rina.

Kendati demikian, kendala baru yang mereka rasakan ialah perihal pengadaan bahan.

Akibat wabah corona permintaan bahan semakin tinggi, sehingga akan terkendala saat proses produksi karena menunggu bahan.

"Iya kan lagi produksi kemungkinan mundur terkendala bahan. Permintaan tinggi karena corona," ungkap Maryati.

Lalu, kendala terakhir yang mereka rasakan ialah perihal waktu.

Waktu menjadi hal yang paling berharga. Sebab, semakin cepat baju hazmat didistribusikan mereka bisa melindungi banyak tenaga medis.

"Kita bertaruh sama nyawa orang kalau baju hazmat cepat jadi kita bisa bantu berapa orang buat perlindungan dia," ungkap Rina.

Selebihnya mereka menuturkan semuanya masih dalam kondisi yang aman. Termasuk ketakutan mereka yang tetap pergi ke konveksi di kala social distancing diberlakukan.

"Karena ini konveksi rumahan jadi kita harus tetap pantau. Awalnya saya takut tapi bismillah aja dengan tetap memakai masker dan jaga jarak aman ketika di konveksi. Semoga sedikit yang kita kajukan berguna buat yang bekerja di Rumah Sakit," tandas Maryati

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved