Sisi Lain Metropolitan
Terminal Kampung Rambutan Sepi: Berikut Sejumlah Keluh Kesah Karyawan PO dan Pedagang Asongan
Akibat pandemi corona atau covid-19, sejumlah lokasi yang biasanya ramai dikunjungi terpantau sepi. Termasuk terminal Kampung Rambutan
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Akibat pandemi corona, sejumlah lokasi yang biasanya ramai dikunjungi terpantau sepi.
Terutama setelah anjuran social distancing digaungkan untuk memutus penyebaran Covid-19.
Akibatnya, para pencari nafkah dengan pendapatan harian pun mengeluhkan keadaan ini.
Tak terkuali karyawan Perusahaan Otobus (PO) hingga pedagang asongan di Terminal Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur.
Sejak Terminal Kampung Rambutan mengalami penurunan jumlah penumpang, situasi menjadi sepi.
Dedy, karyawan PO Bus Arimbi menuturkan untuk mendapatkan satu penumpang saja dirinya kerap terakhir.
Hal ini sudah berlangsung sekira seminggu belakangan.
"Sebenarnya ada sudah dua minggu, tapi parahnya seminggu belakangan ini. Biasanya sehari itu 10-15 penumpang pasti dapat. Tapi ini dapat 1-3 penumpang tujuan Merak aja sudah bagus," katanya kepada TribunJakarta.com, Rabu (1/4/2020).
Begitu pun yang diceritakan Tomi. Selama puluhan tahun ia menjadi karyawan PO, suasana saat ini dirasanya membuat miris.
Meskipun setiap harinya bus pasti berangkat, namun sejumlah wilayah yang melakukan karantina wilayah membuatnya kesulitan mencari penumpang.
"Sudah 4 hari saya belum dapat penumpang. Sekarang tujuan saya ke Jawa dan sudah susah cari penumpang. Kayak Tegal sudah lockdown kan jadi siapa juga yang mau ke sana. Alhamdulillah saya dapat satu penumpang," ceritanya.
Keduanya pun menuturkan hanya bisa bersabar dan berharap ada kabar baik dari semua ini.
Sebab, sejauh ini berkurangnya armada bus membuat penghasilan mereka berkurang.
"Ya kita dibayarnya perarmada yang berangkat. Kalau begini terus anak istri mau makan apa," kata Dedy.
Selain itu, cerita memperihatinkan kembali dibagikan oleh sejumlah pedagang asongan di lokasi tersebut.
Suasana terminal yang cenderung lengang membuat mereka hanya bisa duduk di sisi terminal.
Beberapa diantaranya ada yang terlihat begitu lelah dan bercerita bahwa dagangannya terasa sepi.
Mumu atau akrab disapa Mang Mumu salah satunya. Ia yang biasa berjualan buah di Terminal Kampung Rambutan harus menjual barang dagangannya dengan harga terendah.
"Biasanya bisa saya jual Rp 20 ribu atau Rp 25 ribu paling murah. Saat ini saya cuma jualan Rp 15 ribu paling murah. Dari pada enggak laku dan buahnya busuk mending saya jual aja meskipun untungnya enggak seberapa," jelasnya.
Baginya, asalkan ada uang untuk disisihkan bagi anak istrinya di Bogor, Jawa Barat maka ia sudah bersyukur.
"Istri sudah suruh pulang terus karena tahu kondisinya begini dan penghasilannya pas-pasan," katanya.
"Pak pulang aja ya," ujar sang istri via telepon yang ditirukan Mang Mumu.
"Enggak bu. Bapak di sini aja," jawabnya.
"Tapi Ibu khawatir," sahut istrinya kembali.
"Saya lebih khawatir lagi kalau kamu sama anak-anak engga bisa makan karena saya enggak kerja," jawab Mang Mumu.
"Akhirnya istri mengerti dan saya cuma bisa bismillah aja. Saya tetap terapkan hidup bersih supaya terhindar dari penyakit. Sebab saya kerja juga buat bayar kontrakan sama anak, istri di kampung," katanya.
Tak jauh berbeda dengan Mang Mumu, pedagang asongan lainnya bernama Mang Awang menuturkan dagangannya yang tak laku.
• Simak Cara Efektif Bersihkan Belanjaan Selama Pandemi Virus Corona
• Pasien Positif Covid-19 di Malang Bocorkan Kunci Kesembuhannya : Jangan Takut Dikucilkan
• Terisolasi Akibat Pandemi Virus Corona, Bek Persija Hanya Bisa Lakukan Aktivitas di Apartemen
Dalam tiga hari terakhir, ia belum memiliki pemasukan sama sekali dan sudah menggunakan uang simpanannya.
"Makan ya tetap makan. Masih ada uang simpanan kemarin-kemarin pas jualan masih laku. Cuma enggak tahu kalau uang ini sudah enggak ada anak dan istri saya diberi nafkah dari mana. Semoga wabah ini cepat berlalu," jelasnya.
Ia pun berharap, agar pedagang seperti dirinya tak dilupakan.
"Selama ini belum ada bantuan kalau ke kami. Padahal kami di sini juga dapat uang pas-pasan dan butuh sembako kalau situasinya seperti ini terus. Semoga kondisi kami juga menjadi perhatian," tandasnya