Pengurus akan Ratakan Makam Jika Iuran Menunggak Dua Tahun

Murtadi dan pegawainya bahkan menandai nisan makam yang belum bayar dengan nomor berwarna biru.

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR
Pemakaman Wakaf Kedaung, Pamulang, Tangsel, Senin (20/4/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, PAMULANG - Menurunnya jumlah peziarah di Pemakaman Wakaf Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), membuat banyak ahli waris yang belum membayar iuran pemakaman.

Seperti diketahui imbas pandemi virus corona atau Covid-19 membuat Tangsel menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Masyarakat diimbau gara menunda atau tidak berziarah kubur.

Murtadi, pengurus Pemakaman Wakaf Kedaung, mengatakan, dari 3.500 makam yang ada, baru 30 persen yang melunasi iuran tahunan yang besarannya Rp 100 ribu.

Murtadi dan pegawainya bahkan menandai nisan makam yang belum bayar dengan nomor berwarna biru.

Sedangkan makam yang sudah dibayar iurannya ditandai dengan nomor berwarna merah.

"Setiap tahun kita bedakan warnanya, ini warnanya biru kan, ini tahun 2019, tahun 2020 merah. Berarti yang warna merah dia sudah bayar, yang biru belum. Nanti tahun depannya lagi mungkin kita akan ganti lagi warnanya, kuning," ujar Murtadi di lokasi, Senin (20/4/2020).

Murtadi mengatakan, jika iuran tidak dibayarkan selama dua tahun, maka makam akan diratakan.

Ia beralasan karena lahan makam yang sudah menyempit.

Imbauan juga sudah dituliskan pada papan pemberitahuan yang dipasang di bagian depan makam.

"Apabila sudah dua tahun maka imbauannya kami akan meratakan kuburnya. Karena emang sangat enggak ada lagi tempat, lahannya sudah enggak ada," ujarnya.

Alasan Wali Kota Bekasi Belum Mau Terapkan Sanksi Pidana Pelanggar PSBB

Disalatkan hingga Antar ke Liang, Tugas Tim Pemulasaran Layani Jenazah Covid-19 Meninggal di Rumah

Tersendatnya pembayaran iuran makam, berimbas pada upah penggali kubur.

Ada 10 penggali kubur di pamkaman yang berlokasi di pinggir Jalan Aria Putra itu.

"Pegawai saya di sini penggali makam ada 10 orang. 10 orang mereka mengharapkan dari para peziarah."

"Sangat minim sekali makanya. Alhamdulillah masih ada suka bantuan bantuan, dari masjid ada yang ngasih beras, swadaya umat," ujarnya.

Murtadi mengungkapkan, ada juga ahli waris yang tidak membayar iuran lantaran kesulitan ekonomi, dan ia memakluminya.

"Ada juga yang ziarah enggak bayar pajak, karena mereka kesulitan ekonomi juga. Ya sudah saya diam saja, emang mau dipaksa, orang pemerintah aja juga, istilahnya meloskan pajak," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved