Sisi Lain Metropolitan

Antara Bahagia dan Derita, Contoh Kisah Dua Sosok Berbeda yang Terdampak Pandemi Covid-19

Dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19 di Jakarta menbuat sejumlah orang berputar otak.

Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat
Sari dan rekannya sedang menyiapkan es campur rasa buah untuk para pembeli, di sekitaran Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Suasana sore kemarin tampak sepi di sekitaran Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2020).

Hal ini dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta akan berlangsung hingga 22 Mei mendatang.

Wajar jika suasana Ibu Kota tampak lengang, tak seperti biasanya.

Namun, di sepanjang trotoar jalan Jaksa, terpantau sejumlah penjaja makanan dan minuman.

Satu di antaranya Sari (bukan nama sebenarnya), yang berjualan es campur atau minuman segar rasa buah-buahan.

Dengan meja kayu, Sari meletakkan dua wadah besar berisi minuman berwarna merah dan hijau.

Sejumlah gelas dan sendok plastik pun turut di meja tersebut.

Sari ditemani seorang rekannya guna melayani para pembeli.

Per hari, Sari mengatakan mampu menjual sekira 80 gelas es campur dengan harga seporsi Rp 8 ribu.

"Sehari kira-kira terjual 80 gelas, per gelasnya saya jual Rp 8 ribu," kata Sari, kepada TribunJakarta.com, di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, Selasa (28/4/2020).

Artinya, omzet Sari per hari berkisar Rp 640 ribu.

Jumlah omzet ini dapat dikatakan besar jika dalam per hari.

Meski pandemi Covid-19, Sari dan rekannya menjamin kebersihan di sekitar tempat mereka berjualan.

"Kami juga jaga kebersihan. Kami gunakan masker dan sarung tangan. Kami jamin semuanya higienis," jelas Sari.

Saat hari pertama puasa, Sari menyebut ada kehkawatiran tak laku lantaran ada pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Namun tak disangka, rasa kekhawatirannya perihal dagangan tak laku perlahan memudar.

"Alhamdulillah kalau sekarang sih sudah berkurang khawatirnya. Di awal ada khawatir, kan PSBB, tapi sekarang untungnya bersyukur banyak yang beli," jelas Sari.

Menyoal Covid-19, Sari berharap agar virus mematikan tersebut hilang.

"Saya harapannya, agar virus corona cepat berakhir dan masyarakat yang menunaikan ibada puasa bisa seperti dulu," harap Sari.

Sementara, Sari mulai berjualan di Jalan Jaksa mulai pukul 15.00 WIB hingga dagangannya ludes terjual.

Sari berjualan es campur ini selama bulan Ramadan.

Kisah Ojek Sepi Pelanggan, Tarif Terserah Penumpang

Mulyadi (56), pengemudi ojek pangkalan yang menyebut tarif terserah penumpang, di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (24/4/2020).
Mulyadi (56), pengemudi ojek pangkalan yang menyebut tarif terserah penumpang, di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (24/4/2020). (TribunJakarta/Muhammad Rizki Hidayat)

Berbeda nasib dengan Sari, kali ini, seorang pengemudi ojek pangkalan mengalami penderitaan selama PSBB.

Bagaimana tidak, sampai-sampai dia memasang tarif terserah penumpang.

Ya, saking sepinya penumpang dia melakukan hal tersebut.

Berapa pun dibayar oleh penumpang, dia ikhlas.

"Ojek, tarif terserah penumpang."

Kalimat tersebut tertera jelas di atas selembar kardus yang dipasangkan di motor Honda Beat berpelat nomor B 3157 EWO.

Kendaraan roda dua berwarna merah ini dimiliki pria 56 tahun, Mulyadi.

TribunJakarta.com usai menemui pria beruban ini di dekat halte TransJakarta Dukuh Atas, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (24/4/2020) siang.

Saat itu, Mulyadi sedang duduk di atas trotoar jalan.

Dia mengenakan jaket, celana hitam, penutup hidung-mulut, sepatu, dan sarung tangan.

Mulyadi tampak berdua dengan seorang pemulung.

Mereka tampak berbincang.

Kepada TribunJakarta.com, pria yang memiliki empat orang anak ini menjelaskan alasan mengapa tarif terserah penumpang.

"Karena sudah sepi banget, jadi saya inisiatif menulis tarif terserah penumpang," kata Mulyadi, saat diwawancarai, di lokasi.

"Tujuannya ya biar ada yang mau naik, saya antarkan ke tempat tujuan mereka," lanjutnya.

Berapa pun nominal yang diberikan penumpangnya, Mulyadi mengatakan ikhlas tanpa berharap lebih.

"Mau Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, dan berapa saja saya terima," ucap Mulyadi.

Kendati begitu, Mulyadi menyatakan tiada penumpang yang tega memberikan uang senilai Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, dan Rp 10 ribu.

Mulyadi menyatakan, penulisan 'tarif terserah penumpang' ini diterapkan sejak beberapa hari lalu.

"Sejauh ini, penumpang saya selalu membayar dengan nominal yang cukup-lah untuk makan," ujar Mulyadi.

"Mohon maaf ya, saya tidak bisa kasih tahu nominalnya berapa," sambungnya.

Mulyadi mulai beroperasi sejak pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB.

Dia kerap mangkal di depan halte TransJakarta Dukuh Atas.

Motornya dibiarkan terparkir di pinggir jalan Sudirman.

"Kalau hari ini, saya sudah antarkan dua penumpang. Ada yang ke Jalan Karet (Jakarta Pusat) dan stasiun Sudirman)," ujar Mulyadi, yang bertempat tinggal di kawasan Setia Budi, Jakarta Selatan.

Mulyadi telah bekerja sebagai ojek pangkalan sejak 1980 silam.

Sejauh ini, lanjutnya, penghasilan dari pekerjaan tersebut terasa kurang cukup menghidupi keluarga.

"Kalau untuk diri sendiri ya cukup. Tapi kalau untuk empat anak dan istri, saya kira kurang," jelas Mulyadi.

Meski begitu, dua dari empat anak Mulyadi telah bekerja dan berpenghasilan sendiri.

Sementara dua anak lainnya masih mengenyam pendidikan sekolah.

Dia berharap, agar ke depannya lebih banyak penumpang yang menggunakan jasanya.

"Semoga banyak penumpang yang mau saya antar, bayar berapa pun saya ikhlas," kata Mulyadi.

"Penumpang jangan takut virus corona, saya selalu pakai masker dan sarung tangan," lanjutnya.

Bagi masyarakat yang melintas di trotoar dekat halte TransJakarta Dukuh Atas, sekiranya dapat menggunakan jasa Mulyadi untuk diantarkan ke tempat tujuan.

Sebab, Mulyadi kerap mangkal di tempat tersebut. Bahak setiap hari sejak pukul 06.00 WIB hingga 20.00 WIB. (*)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved