Biarkan Dua Putranya Tebas Adik Sendiri, Keseharian Darwis Dibocorkan Tetangga: Dia Ini Emang Beda
Seorang kepala keluarga bernama Darwis (50) melakukan tindakan di luar akal sehat.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang kepala keluarga bernama Darwis (50) melakukan tindakan di luar akal sehat.
Warga Desa Pattaneteang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan itu membiarkan dua putranya, Anton dan Rahman menggorok leher adik mereka sendiri berinisial ROS (16).
Darwis dan kedelapan anggota keluarganya yang lain Anisi, 50 tahun (Istri), Anton 20 tahun (Anak), Rammang alias Rahman 30 tahun (Anak), Astuti 28 tahun (Anak), Dilla 21 tahun (Anak) Suci 14 tahun (Anak), Ardi 40 tahun (Suami Dilla) dan Acce 24 tahun (Istri Rammang) kemudian ditangkap personel Kepolisian Resor (Polres) Bantaeng, Sabtu (9/5/2020).
TONTON JUGA
Tak cuma membiarkan nyawa anak gadisnya melayang, Darwis dan keluarganya juga ditangkap karena mengadang warga, Sumang (45) dan Enal (25), sehingga menyebabkan luka tebasan yang cukup parah.
Kemudian, mereka juga menyandera seorang warga atas nama Irfandi (18).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Darwis bekerja sebagai petani, dalam kesehariannya dikenal sangat tertutup, dia juga jarang bersilaturahmi dengan warga setempat.
Dia juga tidak seperti warga lain, yang ketika bertemu atau berpapasan saling melempar senyum, tetapi Darwis malah sebaliknya.
• Gadis di Bantaeng Tewas Ditebas Kakak Kandung, Keluarga Ngaku Malu Korban Sudah Berhubungan Badan
TONTON JUGA
"Darwis ini tidak ramah orangnya, biasanya kita disini itu kalau ketemu saling senyum tapi Darwis ini beda memang," kata salah satu salah satu warga setempat, kepada TribunBantaeng.com.
Kemudian, Darwis jarang kelihatan apabila ada kegiatan yang dilakukan oleh warga Desa Pattaneteang.
"Kalau ada di bikin acara seperti acara nikahan, membangun rumah, tidak pernah kelihatan ini Darwis jadi memang tertutup sekali ini orang,"
Mengenai keseharian keluarganya, Anton, Rahman, Ardi bekerja sebagai petani.
Sedangkan, Anisi, Acce, Dilla, hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
• Nasib Malang Gadis 18 Tahun di Bantaeng, Dinikahkan Paksa Hingga Nyawanya Dihabisi Sang Kakak
Kemudian, Astuti bekerja sebagai pegawai honorer di kantor Kecamatan Tomlobulu, Kabupaten Bantaeng.