Sisi Lain Metropolitan
Deretan Kisah Menyayat Hati Penghuni Panti Lansia: Ada Keluarga Tak Peduli Bahkan Setelah Meninggal
Mereka yang sebagian besar berada dalam panti, merupakan lansia tak beridentitas. Mereka ditemukan petugas terlantar di jalanan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
"Kegiatan motorik mereka kita latih. Yang bisa jalan mereka buat keterampilan, kalau enggak bisa biasanya mereka mengisi waktu dengan aktivitas kerohanian," ujar Daniel.
Para lansia juga dibina agar mereka menganggap panti sebagai rumah mereka dan teman satu panti sebagai saudaranya.
Mereka diajarkan gotong royong seperti saling membantu membagi-bagikan makanan di panti.
Pengamatan saya mereka pun ada yang saling mengobrol.
Saya melihat dua orang lansia tengah membawa ember besar berisi bubur kacang hijau yang akan dibagikan kepada teman-temannya.
Sebelum undur diri, saya sempat melihat tulisan "Memanusiakan Manusia" yang terpampang di atas salah satu ruang panti.
Menurut Daniel, mereka yang berada di dalam ruang itu merupakan orang yang sudah "lulus" dibina. Seperti mampu buang air kecil maupun besar secara mandiri.
Dilihat dari aktivitas kehidupan sehari-harinya diri mereka menunjukkan kemajuan. Artinya, dianggap sehat.
Toh, mereka yang dianggap terpinggirkan dan tak berdaya, masih bisa berubah kala dibina dan dimanusiakan.
Sesampainya di rumah, saya terngiang-ngiang dengan kalimat di ruang panti itu.
Dari sana saya kembali diingatkan, dalam hidup seharusnya kita saling kasih mengasihi satu sama lain dan peduli dengan sesama.
Apalagi di masa Pandemi ini, kita bisa membantu tetangga yang kesulitan dengan berbagi makanan atau menaruh empati kepada mereka yang dirumahkan atau bahkan di-PHK.
Bahwa bukankah sebaik-baiknya hidup adalah mereka yang bisa memberikan manfaat baik bagi sesama manusia di dunia?