Sisi Lain Metropolitan
Sungguh Mulia, Anggota PPSU Ini Setiap Kerja Bawa Ibunya yang Stroke: Tak Tega Ditinggal di Rumah
Sungguh mulia yang dilakukan Hidayat (35), meski sudah bekerja tapi baktinya penuh kepada sang ibu yang terkena stroke.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO - Sungguh mulia yang dilakukan Hidayat (35), meski sudah bekerja tapi baktinya penuh kepada sang ibu yang terkena stroke.
Tak pernah sebentar pun Hidayat jauh dari ibunya, Heriana (69) yang telah melahirkannya.
Bahkan, Hidayat tak sungkan membawa ibunya saat bertugas sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum atau PPSU Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Hidayat tercatat sebagai pasukan oranye sejak 2015 silam.
Aksi mulia Hidayat sebagai anak semata wayang ini membuatnya viral di media sosial.
• Polisi Sulap Rumah Reot yang Selalu Kena Banjir Tinggi di Periuk Damai Menjadi Layak Huni
"Setiap kerja saya selalu bawa ibu," ungkap Hidayat kepada TribunJakarta.com, Kamis (4/6/2020).
Ayah Hidayat meninggal karena sakit maag pada 2011 silam.
Ia punya alasan kuat kenapa tiap kali bekerja tetap membawa ibunya.
"Saya belum menikah. Jadi, enggak mungkin ninggalin ibu di rumah sendiri," aku dia.
Hidayat sebenarnya tak tahu dirinya viral di media sosial.
Menurut dia, kondisi ibunya semakin memprihatinkan setelah terjatuh di kamar mandi.
Tubuh sebelah kanan Heriana sudah tak berfungsi normal atau mati rasa.
Diperparah lagi sang ibu tak bisa bicara sejak satu setengah lalu.
• Setelah Viral, 200 Gelas Kopi Dalgona Kaki Lima ala Rohan Ludes Hanya 4 Jam
Sejak pukul 04.00 WIB, Hidayat sudah bangun untuk mengurusi ibunya.
Ia begitu telaten memandikan hingga memakaikan popok Heriana.

Tak lupa, Hidayat menyuapi ibunya sarapan sebelum bergegas pergi ke tempat kerjaan.
Selanjutnya, ia mendorong kursi roda ibunya menuju Kantor Kelurahan Gedong untuk mengisi kehadiran.
Dari sia, Hidayat melanjutkan menuju zona kerjanya dengan menyapu di Jalan Beringin RW 4, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Hidayat membutuhkan waktu selama 15 menit untuk sampai di zonanya.
Kendati demikian, Hidayah tetap bertanggung jawab pada pekerjaannya.
"Pas sampai di zona, saya taruh ibu di tempat adem," kata Hidayat.
"Biasanya di emperan jalan atau numpang di halaman rumah orang."
"Habis situ saya baru nyapu," ungkapnya.
• Viral Kopi Dalgona Kaki Lima Hanya 5 Ribu di Pamulang, Pembeli Antre Sampai Belasan Meter
Setelah zonanya bersih dari sampah, Hidayat selalu menyempatkan diri untuk bercengkrama dengan ibunya.
Walau tak mengerti bahasa ibunya, Hidayat selaku mencari topik pembicaraan.

Tak jarang, ibunya kerap meneteskan air mata tanpa sebab melihat Hidayat yang menghiburnya.
"Ibu saya pukul 10.00 WIB pasti saya suapin makan, di situ sambil ngobrol. Ibu sering nangis."
"Mungkin kasihan saya urusin dia sendiri sambil kerja juga."
"Tapi kalau saya enggak nangis, saya ikhlas rawat orangtua saya," katanya.
Selain itu, Hidayat menyebut ibunya juga sering menangis ketika musim hujan tiba.
Ketika hujan, Hidayat semakin tak tega membiarkan ibuya di rumah sendirian.
Mau tak mau, ia tetap membawa ibunya dengan memakaikan jas hujan dan menerjang derasnya rintikan hujan.
"Kalau hujan ibu tetap saya bawa. Nanti pas saya nyapu dia saya taruh di tempat teduh."
• Dipicu Rebutan Pacar, Babinsa TNI Ajak Rekannya Keroyok Pelajar SMA
"Jadi cuma ngeliatin aja. Di situ dia juga sering nangis tapi sebabnya saya enggak tahu."
"Namun dua bulan terakhir saya tinggal di rumah demi kesehatan ibu karena lagi wabah virus corona."

"Sehingga usai pulang saya buru-buru suapin ibu makan terus mandiin ibu," ungkapnya.
Punya Keterbatasan
Di balik sosok mulianya itu, Hidayat memiliki keterbatasan fisik, yakni kesulitan berbicara.
Sehingga orang lain membutuhkan waktu lebih lama guna memahami apa yang diutarakan oleh Hidayat.
Selama wawancara dengan TribunJakarta.com, Hidayat dibantu oleh pengawasnya bernama Waluyo.
"Dia dari kecil memang bicara seperti ini," kata Waluyo membuka pembicaraan.
"Jadi kalau ngomong sama dia, tangan kita juga berikan isyarat supaya dia paham," jelas dia.
Meski begitu, Waluyo mengakui kinerja Hidayat patut diacungi jempol.
• Jadi YouTuber Nomor 1 Berkat Konten Bantu Rakyat Kecil, Baim Wong: Sebenarnya Saya yang Butuh Mereka
Selama lima tahun, tak pernah ada keluhan yang masuk di zona atau wilayah yang diamanatkan pada dirinya.
Sehingga, anggota PPSU lainnya selalu memberikan semangat dan tak sungkan membantu Hidayat di lapangan.
"Dia rajin dan bertanggung jawab. Hubungan semua PPSU sama Hidayat itu baik," beber Waluyo.
"Dianya juga mau belajar. Jadi untuk solidaritas PPSU tinggi ya," katanya.
Waluyo dan petugas PPSU lainnya selalu berkomunikasi melalui pesan WhatsApp ketika tak mengerti apa yang Hidayat maksudkan.
"Jadi kalau arah perbincangan sudah tak dia pahami, kita WA aja."
"Itu jadi trik PPSU di sini untuk tetap bisa komunikasi sama Hidayat juga," ungkap Waluyo lagi.
Sejauh ini, Hidayat hanya berharap bisa tetap bekerja sebagai PPSU untuk mencukupi semua kebutuhan ibunya.
Dengan begitu ia bisa tetap membelikan ibunya obat-obatan.
"Alhamdulillah saya selalu dikelilingi orang baik seperti Pak Waluyo," kata Hidayat.
"Saya cuma berharap bisa tetap punya pekerjaan demi ibu saya," aku dia.
Kemuliaan hati dan tindakan Hidayat saat ini langka tapi patut dijadikan teladan.