Sisi Lain Metropolitan
Cerita Heri, Kerap Berganti Profesi Usai Tak Bisa Berjualan di TMII Imbas Penutupan Sementara
Berawal dari menjual buah hasil panen di kampungnya ke Pasar Induk Kramat Jati, Heri mengaku mulai mengenal Ibu Kota
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Tanpa peduli panasnya terik matahari, suara Eri Suhaeri (54) tetap terdengar lantang dari kejauhan.
"Maskernya, maskernya... ayo diobral Rp 5 ribu aja," teriaknya di kawasan Makasar, Jakarta Timur, Jumat (5/6/2020).
Heri, sapaannya merupakan lelaki kelahiran Majalengka, Jawa Barat yang sudah merantau sedari tahun 1980-an.
Berawal dari menjual buah hasil panen di kampungnya ke Pasar Induk Kramat Jati, Heri mengaku mulai mengenal Ibu Kota.
Lambat laun, ia semakin tertarik dan memilih untuk tinggal dan mengadu nasib di Jakarta.
"Istri sama anak di kampung. Cuma karena dua anak saya sudah menikah ada yang di Jakarta," ungkapnya.
Selama perjalanan hidupnya, Heri mengatakan sudah berganti-ganti profesi.
Usai bangkrutnya usaha buah, Heri memilih berdagang rujak keliling hingga ke wilayah Bekasi Selatan.
"Saya konsultasi sama istri, jualan buah jatuh banget harganya. Kata istri saya daripada modal habis mending kerja lain. Jadi setelah itu saya jualan rujak aja," jelasnya.
Setelah merasa sangat lelah dan jenuh, Heri kembali beralih profesi dan kali ini ia memilih untuk berdagang buah potong di dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Sebagai pedagang liar, Heri sempat kucing-kucingan dengan petugas pengamanan dalam TMII selama dua tahun, yakni dari 2002 sampai 2004.
"Akhirnya kenal sama teman. Saya ikut-ikut jualan. Dulu kan buah masih murah. Saya modal uang sama belanja di Pasar Induk aja,"
"Ya tapi itu, sering ketangkap pamdal TMII. Istilahnya kalau lagi apes kita bisa ketangkap dan dagangan enggak balik lagi. Biasanya bisa 50 bungkus sekali keambil pamdal," ungkapnya.
Bosan kucing-kucingan, tepat di tahun 2005, ia mendaftarkan diri sebagai pedagang resmi.
Apalagi melihat penjualan ke depannya di lokasi tersebut yang tak pernah sepi pembeli.
Sayangnya, tepat di tahun ini, wabah Covid-19 turut melanda Indonesia dan berimbas pada sejumlah penutupan tempat pariwisata.
Hal ini memaksa Heri memutar otak untuk menghasilkan uang sampai terlintas untuk menjual kacang Bogor.
"Saya bilangnya kacang Bogor. Pas TMII tutup saya jualan itu di Pasar Gardu. Sebab di sana saya diberikan lapak sekira satu meter sama anaknya teman saya yang tahu kondisi saya saat ini," ujarnya.
Tak bertahan lama, stok kacang pun sudah tak ada di Pasar Induk dan Heri terpaksa berganti barang dagangan.
Memanfaatkan momen puasa, ramadan tahun ini, ia memilih berjualan kurma.
Dari dua kardua kurma yang dibelinya, dibungkus kembali oleh Heri dan dijual seharga Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu.
"Dalam hati saya berdoa agar setelah lebaran TMII sudah dibuka. Sebab kan lewat lebaran, kurma sudah kurang diminati," katanya.
Alhasil, harapan tersebut tak terwujud. TMII maupun tempat rekreasi lain tak kunjung dibuka.
Pusing dan mumet membuat Heri sudah tidur. Sampai satu kabar baik datang dan ia bisa bekerja sebagai penjual masker keliling sampai saat ini dengan sistem setor.
"Alhamdulillah ada orang baik. Saya jual masker ini nanti untungnya buat saya. Penghasilan bersih ke saya Rp 70 ribu perhari dapatlah," jelasnya.
Di balik alasan bekerja
Melihat semangat dan kegigihannya, Heri memiliki alasan dibaliknya.
Hal ini lantaran dua anaknya masih bersekolah dan duduk di bangku kelas XII SMK serta 3 SD.
"Saya masih punya dua anak masih sekolah. Makanya kalau enggak cari uang kepikiran anak di rumah mau gimana," katanya.
Meski dua anaknya kerap menyuruhnya berhenti bekerja, Heri tetap menolaknya.
Ia yang masih sehat dan sebagai kepala keluarga, enggan untuk berdiam diri begitu saja.
"Anak pertama sama kedua suka nyuruh saya berhenti berjualan. Karena yang satu punya kios di TMII, dia minta saya jagain. Tapi namanya saya masih mampu menafkahi keluarga, jadi tetap pengin kerja," katanya.
• Liga 1 Berpeluang Digelar Lagi, Ketum The Jakmania: Kalau Tanpa Penonton Bukan Normal
• Masih Pandemi Covid-19, Puskesmas Kramat Jati Layani Pasien Demam dan Batuk di Tenda Khusus
• UPDATE Corona di Indonesia Jumat 5 Juni 2020, Positif Tambah 703 Orang, Total Terinfeksi 29.521
Untuk itu, Heri sangat senang dengan adanya masa PSBB transisi. Sebab, ia bisa kembali berjualan buah dan menstabilkan ekonominya kembali.
"Alhamdulillahnya tempat rekreasi diperkenankan buka bulan ini. Jadi kayak ada harapan baru buat saya, sehingga penghasilan stabil dan saya kerjanya enggak keliling lagi. Tapi di dalam TMII aja," pungkasnya.