Pengamat Beberkan Kelemahan Penyelenggaraan Pilkada Serentak di Tengah Pandemi Corona
Kampanye online yang digadang sebagai pengganti pun masih memiliki kelemahan. Akses teknologi maupun pengetahuan digital belum merata di Indonesia
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN - Pilkada serentak 2020 sudah diputuskan akan dilanjutkan kembali tahapannya mulai 15 Juni 2020 dan pemungutan suaranya digelar pada Desember 2020.
Pesta demokrasi daerah lima tahunan itu dilaksanakan di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Bukan hanya perkara kesehatan ataupun ekonomi, virus ganas itu juga menyerang demokrasi Indonesia.
Hal itu diungkapkan Adi Prayitno, Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adi menjelaskan, konsekuensi Pilkada di tengah pandemi, membuat proses dan tahapannya serba terbatas.
Bak rantai yang saling menyambung, serba keterbatasan itu mengakibatkan konsekuensi lain yang bermuara pada goyahnya kualitas Pilkada dan para pemimpin daerah yang terpilih.
Salah satu tahapan yang paling krusial adalah kampanye. KPU bersama Gugus Tugas Covid-19 nasional dan instansi terkait tengah menggodok peraturan KPU (PKPU) yang mensyaratkan tidak ada kampanye terbuka.
"Dengan kampanye yang tidak ada yang akbar itu tentu semakin sulit masyarakat tahu kandidat itu visi misinya seperti apa," ujar Adi saat dihubungi TribunJakarta.com, Selasa (9/6/2020).
Kampanye online yang digadang sebagai pengganti pun masih memiliki kelemahan. Akses teknologi maupun pengetahuan digital belum merata di Indonesia.
Terlebih, tidak semua orang ataupun pemilih memiliki gawai pintar untuk mengikuti kampanye dan mencari tahu tentang sosok calon yang ikut dalam kontestasi politik itu.
Disibukkan dengan masalah ekonomi dan kesehatan, masyarakat juga belum tentu menaruh perhatian pada Pilkada.
Sementara, kontestasi politik itu akan menentukan pemimpin daerahnya sampai lima tahun mendatang.
"Visi misi kampanye kan mulai diminimalisir, pertemuan tatap muka diminimalisir diganti dengan kampanye online. Sementara tidak semua orang familiar dengan zoom, sementara tidak semua orang familiar dengan dunia digital," ujarnya.
Adi mengatakan, kampanye akbar, selain menjadi panggung penyampain visi misi para calon, juga memotivasi para pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
• Penerima Bansos di Kota Tangerang Bertambah, Distribusinya Masih Belum Rampung Hingga Saat Ini
• Korban Pencurian Bermodus Ban Kempes di Cakung Merugi Puluhan Juta