Kisah Narfasan 4 Kali Gagal Berangkat Haji: Sudah Syukuran Potong Kambing

Raut wajah kekecewaan terpasang. Dirinya mengungkapkan penyebab gagalnya berangkat dalam mengikuti ibadah haji ini.

Editor: Erik Sinaga
Kompas.com/AFP PHOTO/FAYEZ NURELDINE
Umat Islam Muslim berdoa di Padang Arafah dekat Kota Mekkah, Arab Saudi, bagian dari kegiatan haji, 13 Oktober 2013. Lebih dari dua juta muslim tiba di kota suci ini untuk ibadah haji tahunan. 

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG- Narfasan (90) sudah empat kali gagal berangkat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Arab Saudi. Pria yang berprofesi sebagai petani tersebut awalnya mendaftar pada tahun 2013.

Kali terakhir Narfasan gagal berangkat ibadah haji adalah karena pandemi Covid-19

Narfasan menceritakan kisahnya di rumahnya, Kampung Kadu Agung RT 01 / RW 01 Desa Margasari, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.

Ia mengenakan baju koko, sarung dan peci berwarna hitam. Pria berusia 90 tahun itu langsung ke tempat wudu.

Selepas wudhu Narfasan melaksanakan salat berjemaah. Dirinya berdoa agar tetap sehat dan berharap bisa menunaikan ibadah haji yang selama ini didambakannya.

Sesudah salat, Narfasan pun pulang ke rumah. Ia duduk santai di kursi bercerita mengenai kegagalan berangkat ke tanah suci.

"Saya daftar haji dari tahun 2013," ujar Narfasan saat dijumpai Warta Kota di kediamannya, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Selasa (9/6/2020).

Namun niatnya mengikuti ibadah haji pupus. Berkali - kali Narfasan gagal untuk menunaikan ibadah tersebut.

"Sudah 4 kali gagal berangkat," ucapnya.

Raut wajah kekecewaan terpasang. Dirinya mengungkapkan penyebab gagalnya berangkat dalam mengikuti ibadah haji ini.

"Gagal karena karena kapasitasnya sudah penuh. Jadinya tidak jadi berangkat," kata Narfasan terlihat sedih.

Pandemi

Di tahun ini pun Narfasan gagal lagi berangkat haji. Setelah pemerintah mengumumkan untuk menunda pelaksanaan ibadah haji dikarenakan masa pandemi saat ini.

"Sekarang juga gagal lagi, karena adanya virus corona ini," ungkap Narfasan.

Padahal Narfasan sangat berharap. Harapannya kandas ketika dirinya mengetahui informasi mengenai persoalan ini.

"Saya dapat info dari anak saya. Kalau tahun ini tidak ada ibadah haji," imbuhnya.

Padahal Narfasan telah terdaftar untuk berangkat ke Arab Saudi di tahun 2020. Dia tercatat sebagai jemaah tertua dalam keberangkatan haji di wilayah Tangerang.

"Saya sudah bikin paspor. Sudah ikut bimbingan haji juga. Malah kemarin syukuran potong kambing mau berangkat haji. Tapi gagal," tutur Narfasan tampak murung.

Narfasan berharap agar permasalahan ini dapat segera teratasi. Dan dirinya bisa berangkat ke tanah suci.

"Kalau pandemi sudah enggak ada, ya saya tetap mau ikut ibadah haji. Soalnya umur juga kan sudah tua, semoga diprioritaskan untuk berangkat," bilangnya.

Petani

Narfasan kesehariannya hidup sebagai petani. Namun di usianya yang sudah senja, ia lebih sering berada di rumah.

"Saya petani padi, sudah enggak boleh bertani lagi sama anak - anak karena sudah tua. Tapi kalau iseng - iseng ya mendingan main ke sawah," bebernya.

Lelaki berumur 90 tahun ini mempunyai 6 anak dan dianugrahi 7 cucu.

Dia tinggal bersama anak dan cucunya di rumah. Istrinya bernama Saenin (75) kerap menemaninya.

Rumahnya tampak sederhana. Selain bertani, anak Narfasan juga berjualan kecil - kecilan.

Anak pertamanya bernama Nursani (41) dagang sembako di rumahnya itu. Nursani ini lah yang mengongkosi Narfasan untuk berangkat ibadah haji.

"Saya ikut ibadah haji dibayarin anak. Anak saya nabung dari tahun 2013. Nabung sudah 8 tahun untuk berangkatin saya ikut ibadah haji," terang Narfasan.

Tabungan

Muhamad Nursani anak sulung dari Narfasan mengumpulkan uang sudah 8 tahun. Nursani menabung agar ayahnya ini bertolak ke tanah suci.

"Daftar haji tahun 2013 karena baru punya uangnya di tahun itu," jelas Nursani.

Dirinya mendaftar ke lembaga keberangkatan haji di Martanegara, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Narsani pun merinci kocek yang dikeluarkan dalam membayar ibadah haji ini.

"Bayarnya total Rp. 40 juta, saya nabung dulu," tukasnya.

Ia menyebut biaya kuota kursi haji seharga Rp. 26 juta. Kemudian ditambah dengan biaya - biaya yang lainnya.

"Terakhir tahun ini saya lunasin Rp. 10 juta sisanya," ungkap Nursani.

Uang itu hasil jerih payahnya bertani dan berdagang. Setiap hari ia menabung di rumah, setelah terkumpul baru disetor ke bank.

"Nabung di rumah dikit - dikit, ada uang sejuta baru ke bank. Terus - terusan saja sampai kekumpul," ujarnya.

PSI Bantah Charie Wijaya Pelapor Binta Emon Adalah Kader Partainya

Pastikan Protokol Kesehatan Dipatuhi, Tiap Mal di Jakarta Dijaga 2 Petugas Satpol PP

Info Lowongan Kerja BUMN PT Geo Dipa Energi: Segera Cek Persyaratannya

Nurasani baru bisa membiayakan ayahnya saja untuk ibadah haji ini. Karena uang tabungannya hanya terbatas membayar 1 orang saja dalam pelaksanaan haji.

"Bapak saya saja yang berangkat. Uangnya tidak ada lagi," ucap Nursani.

Dalam polemik ibadah haji tahun ini, Nursani mengaku mengikuti aturan pemerintah. Ia hanya bisa pasrah keberangkatan haji ayahnya yang ditunggu - tunggu selama bertahun - tahun ditunda.

"Walau pun gagal berangkat, uangnya tidak saya ambil. Saya ikutin aturan pemerintah saja. Semoga ayah saya berangkat haji," papar Nursani. 

 Penulis: Andika Panduwinata

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Nabung 8 Tahun, Narfasan 4 Kali Gagal Berangkat Haji

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved