Prabowo-Sandi Berpeluang di Pilpres 2024, Yunarto Wijaya Ungkap Kelemahan Berdasarkan Rekam Jejak
Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya menganalisa kelemahan sosok Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno jika kembali maju di Pemilihan Presiden 2024.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya menganalisa kelemahan sosok Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno jika kembali maju di Pemilihan Presiden 2024.
Hal itu diungkapkannya dalam vlog Robert Harianto dilansir TribunJakarta pada Rabu (17/6/2020).
Yunarto Wijaya menilai, Prabowo Subianto bisa saja kembali maju di Pilpres 2024 dengan beberapa catatan.
TONTON JUGA:
"Prabowo Subianto akan berusia 72 tahun jika maju nantinya. 72 tahun itu angka menarik karena Donald Trump maju sebagai Presiden AS di usia 72 tahun kalau gak salah."
"Prabowo sudah memiliki tiga kali pengalaman maju sebagai cawapres dan dua kali capres. Angkanya juga gak jelek," imbuh Yunarto Wijaya.
Dengan pengalaman yang dimiliki, Yunarto Wijaya menegaskan, selama kondisi Prabowo Subianto sehat maka mungkin saja Ketua Umum Partai Gerindra itu maju.
• Bandingkan Peluang Sandiaga & AHY Maju Pilpres 2024, Yunarto Wijaya: Orang Lebih Cari yang Unik
"Mungkin aja selama dia dalam kondisi sehat dan betul-betul menujukkan kinerja sebagai Menteri Pertahanan, dia bakal memiliki kepercayaan diri yang besar untuk maju," ucap Yunarto Wijaya.
FOLLOW JUGA:
Meski demikian, Yunarto Wijaya menjelaskan kekurangan Prabowo Subianto.
"Dia kekurangannya cuma satu, sosoknya yang penuh dengan ide dan gagasan besar tentang kedaulatan, anti asing, hutang seperti apa, dan sebagainya. Tetapi ketika tahap elaborasi dan eksekusi, dia lemah."
"Hal itu kelihatan saat debat, gak sekeren pidatonya karena dia gak pernah merasakan jadi bagian birokrasi. Sekarang dia merasakannya harus mengeksekusi, kalau dia sukses maka yang selama ini jadi kekurangannya yaitu kerja nyata dan eksekusi birokrasi, itu akan melengkapi dan percaya diri lebih besar," jelas Yunarto Wijaya.
Yunarto Wijaya menyatakan dua catatan Prabowo Subianto jika kembali maju di Pilpres 2024 yaitu kondisi sehat dan kerjanya sebagai Menteri Pertahanan sukses maka akan mudah untuk terpilih.
• Lihat Cara Nagita Slavina Diamkan Bayinya yang Menangis, Syahnaz Sadiqah Kaget: Ya Allah!
"Menurut gue, dia menyadari kalau jadi oposisi sejati itu tak selalu menguntungkan, bahkan sejarah menunjukkan orang yang berada dalam sistem justru menguntungkan. Misalnya SBY dua kali menteri sebelum jadi presiden, Anies Baswedan berhasil jadi gubernur karena berada dalam sistem," tegas Yunarto Wijaya.
Adapun kelemahan Sandiaga Uno saat ini menurut Yunarto Wijaya yakni tak memiliki jabatan.

"Tetapi jadi fakta menarik kalau Sandiaga Uno tiba-tiba ditawari jadi menteri, apakah itu menguntungkan? ini yang menarik," papar Yunarto Wijaya.
• Diminta Sandiaga Uno Komentari Dirut Baru TVRI Iman Brotoseno, Helmy Yahya Beri Jawaban Bijak
SIMAK VIDEONYA:
4 Sosok Diprediksi Maju Pilpres 2024
Pengamat politik Yunarto Wijaya lantas menganalisa empat sosok potensial yang akan berlaga di ajang Pemilihan Presiden 2024.
Keempat sosok itu memiliki keunggulan sekaligus catatan masing-masing.
Hal itu diungkapkan Yunarto Wijaya saat menjadi narasumber di kanal YouTube Robert Harianto dilansir TribunJakarta pada Kamis (28/5/2020).
TONTON JUGA:
Yunarto Wijaya menjelaskan, Pilpres 2024 merupakan momen yang berbeda bagi masyarakat Indonesia.
• Zuraida Hanum Curigai Sikap Suami saat Dipijat, Ternyata Paha Anak Sempat Dipegang Hakim Jamaluddin
"2024 itu momen terbesar regenerasi. Dulu-dulu bisa ketebak yang maju sebagai Presiden Indonesia itu berdarah biru, punya partai, cucunya pendiri NU dan sebagainya."
"Nama-nama itu kerap kali muncul tetapi apa yang terjadi dengan Jokowi, dia mendobrak nama itu semua," ujar Yunarto Wijaya.
Untuk itu, Yunarto Wijaya mengingatkan kepada sosok yang masih memiliki keinginan kuat maju untuk menahan diri dan legowo memberikan kesempatan kepada generasi muda.
FOLLOW JUGA:
"Kalau 2024 itu berbeda karena sosok yang masih nafsu ingin maju jadi Capres itu secara biologis sudah tua, jadi seharusnya tak perlu memaksakan diri. Terlebih secara psikologis, jika memaksakan orang tua yang maju maka tak akan menang."
"Ini momen ketika orang-orang yang bertarung secara teknokratis punya peluang. Misalnya Tri Rismaharini, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Sandiaga Uno," aku Yunarto Wijaya.
• Sisi Lain Hakim Jamaluddin: Marah-marah ke Keluarga Zuraida Hanum, Hendak Perkosa Adik Ipar
Berkaca di Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 lalu, Yunarto Wijaya lantas menuturkan biasanya terdapat sebuah kejutan di akhir-akhir pemilihan tersebut dengan munculnya sosok yang tak terduga.

"Sejarah Indonesia memperlihatkan di tikungan terakhir, biasanya yang mengejutkan itu yang menang. Yang tak pernah lo sangka, seperti masa saat SBY mundur dari menteri, Gus Dur yang tiba-tiba mengalahkan Megawati," ujar Yunarto Wijaya.
Dengan berbagai kejadian tersebut, Yunarto Wijaya menuturkan, tak menutup kemungkinan ia mendukung Anies Baswedan maupun Prabowo Subianto jika lawan mereka memiliki kemampuan yang lebih buruk.
• Blak-blakan Tolak Jabatan Staf Khusus dan Komisaris BUMN, Ini Alasan Yunarto Wijaya
"Minimal muncul ada nama lain yang bisa menguji kemampuan kedua orang tersebut, terlebih untuk kepala daerah. Gue berharap dengan Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini dan sebagainya bisa bertarung dengan berbagai ide mereka," imbuh Yunarto Wijaya.
Lebih lanjut, Yunarto Wijaya memaparkan analisanya terkait sosok yang maju di Pilpres 2024 mendatang.

"Lo jawab dengan inisial aja ya, secara voling lo yang punya. Inisialnya siapa aja?" tanya Robert Harianto.
"P, A, G, S," tegas Yunarto Wijaya.
• Prodi Daya Tampung Terbesar Unair di SBMPTN 2020, Yuk Atur Strategimu Masuk Kampus Impian
ini videonya:
Sandiaga Uno Blak-blakan Peluang di Pilpres 2024
Sandiaga Uno memberi tanggapan terkait peluangnya maju di Pilpres 2024.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra juga berbicara soal kemungkinan berhadapan dengan Prabowo jika mencalonkan lagi serta peta pemilih di Pilpres 2024 yang disebut Sandi bakal berubah jauh.
Berikut wawancara Refly Harun dengan Sandiaga Uno yang dirangkum Tribunnews.com, Senin (19/5/2020) dari kanal Youtube Refly Harun:
1. Peluang Sandiaga Uno untuk Menjadi Ketua Umum Gerindra
Di awal wawancaranya, Refly menanyakan kemungkinan Sandiaga Uno untuk menjadi Ketua Umum Partai Gerindra dalam Kongres Gerindra tahun ini.
Refly mengatakan dengan posisi Prabowo yang kini sibuk menjabat Menteri Pertahanan, tidak menutup kemungkinan bagi Sandi untuk maju sebagai Ketum Gerindra.

Sandi kemudian menjawab bahwa Prabowo dipastikan bakal maju kembali sebagai Calon Ketua Umum Partai Gerindra di kongres tahun ini.
Sandi bahkan telah memberikan dukungan secara langsung kepada Prabowo.
"Sekitar Januari akhir atau Februari awal, beliau (Prabowo) ngajak ngomong berdua dan beliau mengatakan akan maju kembali menjadi Ketua Umum di kongres yang akan datang. Kongres rencanamnya sebelum lebaran tapi karena covid-19 ya ditunda."
"Saya katakan, itu hak prerogratif (Prabowo) dan saya mendukung (Prabowo maju kembali sebagai Calon Ketua Umum Gerindra," terang Sandi.
2. Soal Rumor Sandiaga Ditinggalkan Prabowo saat Negosiasi dengan Jokowi
Lebih lanjut, Sandi ditanya Refly soal opini yang muncul bahwa Sandi ditinggalkan saat Prabowo melakukan negosiasi hendak masuk ke pemerintahan menjelang Oktober 2019 silam.
Menjawab hal itu, Sandi mengatakan ada pembicaraan di awal soal negosiasi itu.

Di sisi lain, dirinya saat itu belum resmi kembali ke Partai Gerindra.
Proses negosiasi dilakukan oleh Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra bukan dalam kapasitasnya sebagai mantan Calon Presiden.
"Jadi pembicaraanya bukan antar paslon tetapi antara Gerindra dan koalisi Indonesia Maju,"ungkapnya.
3. Kata Sandi soal Posisi Partai Gerindra dan Kader yang Kritik Pemerintah
Soal posisi Gerindra saat ini, Sandi menegaskan Gerindra adalah partai pendukung pemerintah dengan dua menteri di kabinet.
Namun, Sandi mengakui terdapat kader Gerindra yang diberi kebebasan yakni Fadli Zon yang diketahui masih terus melancarkan kritik ke pemerintah.
Hal itu juga berlaku untuk dirinya.
"Pak Fadli itu bicara bukan mewakili Gerindra , Fadli Zon sebagai wakil rakyat. Saya juga bukan jubir Gerindra dan saya buka jubir siapa-siapa, tetapi saya ingin terus berada di tengah-tengah masyarakat," ujar dia.
4. Pilpres 2014, Kemungkinan Sandi Melawan Duet Prabowo-Puan Maharani dan Pasangan Anies-Sandi
Refly Harun kemudian menanyakan soal peluang Sandi maju di Pilpres 2024.
Menurut Refly, sudah muncul gagasan untuk memasangkan Anies Baswedan dengan Sandi atau AHY dengan Sandi.
Menjawab hal itu, Sandi mengatakan politik adalah sesuatu yang mengalir dan tidak bisa diatur-atur.
"Saya lihat politik itu nggak bisa kita atur-atur, politik itu mengalir saja. Saya akan lakukan terus dengan ada di tengah masyarakat. Saya akan fokus memberi solusi lapangan pekerjaan dan membantu masyarakat yang saat ini mengeluh soal kenaikan harga-harga, di bawah Relawan Indonesia Bersatu," ujar dia.

Masih belum puas dengan jawaban Harun, Refly kemudian bertanya jika nantinya di 2024 harus melawan Prabowo yang bisa saja berkolisi dengan Puan Maharani sebagai Calon Wakil Presiden.
"Bicara politik ini kan kemungkinan-kemunginan. Prabowo bisa saja maju lagi dan pasangannya Puan Maharani. Kemudian kelompok non state ini pengen figur lain. Anies-Sandi misalnya. Anda membayangkan nggak bung bakal berhadapan dengan Prabowo? head to head," cerca Refly.
Sandi kemudian mengaku tak ingin menjawab hal itu karena kemungkinan itu bagian dari hal yang tidak bisa ia kontrol.
"Ada hal yang bisa kita kontrol, ada hal yang tidak bisa kita kontrol. Hal-hal yang nggak bisa kita kontrol percuma kita ngebayangin, percuma mikirin karena kita nggak bisa kontrol. Hal-hal yang bisa kita kontrol saja yang kita pikirin," ujar Sandi.
Menurut Sandi, berkaca dari pengalamanya dalam kontestasi Pilkada 2017 dan Pilpres 2019, dalam politik tidak ada yang pasti dan sangat cair.
Di Pilgub DKI, awalnya ia maju sebagai Cagub dan di detik akhir ia justru menjadi Cawagub mendampingi Anies.
Padahal Anies sebelumnya tidak muncul sebagai Cagub.
Begitu juga dengan Pilpres 2019, dirinya diminta menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo di detik-detik akhir.
"Belajar dari dua pengalaman itu menurut saya (politik) sulit ditebak," ujar dia.
5. Sandi Prediksi Ada Perubahan Peta Pemilih di 2024
Sandi berpendapat Pilres 2014 akan berbeda dibanding Pilpres sebelumnya.
Hal ini karena ada perubahan demografi pemilih.
"Di 2024, demografinya akan berubah, populasi milenial akan menembus 50 persen, mereka yang berusia dibawahj 35 tahun. Menurut saya ini akan ada perubahan dari sisi elektoral. Ini yang saya belum dapat data terakhir karena saya nggak menjalankan politik praktis. Saya membayangkan profil pemilih kita akan berubah secara drastis dibanding tahun 2019," ungkapnya.
Terakhir Refly kemudian menanyakan biaya yang dilontarkan Anies di Pilgub DKI dan Pilpres 2019.
Sandi menjawab ia mengeluarkan dana lebih dari Rp 300 miliar di Pligub DKI Jakarta dan Rp 600 miliar di Pilpres 2019.
"Jadi total 1 Triliun," sahut Refly.
Sandi membenarkan dan ia mengaku tidak menyesal.
"Buat saya tidak ada penyesalan, itu bagian pengorbanan dan perjuangan," kata dia. (*)