Sisi Lain Metropolitan
Pemandangan Pilu Pesisir Kabupaten Tangerang, Rumah di Atas Air Hingga Dikepung Truk Proyek
Kawasan Kabupaten Tangerang masih menyimpan banyak rahasia yang tak terduga dan terisolasi karena jarang jangkaunya.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, KOSAMBI - Kawasan Kabupaten Tangerang masih menyimpan banyak rahasia yang tak terduga dan terisolasi karena jarang jangkaunya.
Mulai dari budaya, lokasi, hingga adat di Kabupaten Tangerang masih banyak menyimpan misteri bahkan tidak diketahui oleh warganya sendiri.
Ya, seperti kawasan Kelurahan Dadap, yang berada di daerah pesisir Kabupaten Tangerang.

Atau biasa dibilang sebgai kawasan pinggiran Kabupaten Tangerang yang menyimpan banyak kisah dan pemandangan unik.
Seperti yang terpandang dari mata wartawan TribunJakarta.com saat menyambangi pelosok Dadap pada Selasa (16/6/2020).
Bak perjalanan keluar daerah, Jarak tempuh dari Kecamatan Pinang, Kota Tangerang menuju Dadap menghabiskan waktu sekira 90 menit menggunakan kendaraan roda dua.

Mendekati bibir pintu masuk kawasan Dadap, antrean truk bermuatan berat menjadi pemandangan yang lumrah. Jalanan berlubang berdiameter sampai lime meter pun sering dijumpai.
Debu, klakson truk, dan panasnya terik matahari menjadi sahabat di Dadap.
Klimaksnya ketika TribunJakarta menginjakan kaki di Desa Ceng In, Kecamatan Kosambi, Kelurahan Dadap, Kobupaten Tangerang.
Di desa yang terkenal dengan geliat prostitusi pada masanya tersebut sangat kumuh.
Layaknya seperti kota mati nan angker lantaran banyak puing-puing bekas bangunan yang terlantar.

Tak jarang beberapa dijadikan warung dan tempat nongkrong pemuda setempat.
Berada di pinggiran Kali dan Pantai Dadap, aroma laut dan hewan laut pun sangat menusuk hidung terlebih sejak sepekan ini kawasan Desa Ceng In terkena musibah air rob seperti Jakarta Utara yang memang bersebelahan.
Setapak menyusuri pelosok Dadap di situ, TribunJakarta.com makin tercengang dengan banyaknya rumah-rumah yang mengapung di atas air yang semuanya tersusun dari kayu dan bambu.
Serasa bila berdiri leboh dari 10 orang rumah akan rubuh dan tercebur ke kedalaman air.
Saat mencoba berdiri di salah seorang rumah warga, ombak kecil dan ayunan air sangat terasa di rumah itu yang sudah menjadi hal lumrah di sana.
Sepanjang jalan pun dipenuhi oleh cangkang kerang hijau yang memang menjadi sumber mata uang sebagian besar warganya.

Sudah jelas karena mereka hidup di bibir Pantai Dadap membuat sebagian besar dari mereka adalah nelayan.
Sayang, karena pandemi Covid-19 ini, hampir seluruh warga Desa Ceng In menderita dampaknya.
Lantaran, banyak kerang hijau yang tidak laku sampai menggunung karena tidak ada yang membeli. Pemborong pun sudah memutus pembelian sejak bulan Maret 2020.
Akibatnya, pendapatan warga pinggiran Kabupaten Tangerang itu merosot sampai 99 persen. Bahkan untuk makan pun susah.
“Ya pendapatan turun lah 99 persen karena kan kerang hijaunya engga ada yang beli mana anak empat-empatnya kan harus sekolah,” keluh Sri Ningsih (36) warga Desa Ceng In, Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, Kota Tangerang.
Nahasnya, daerah yang menjadi jalur truk raksasa menuju pulau reklamasi tersebut belum pernah mendapatkan sembako dari siapa pun d tengah pandemi ini.

Sampai Kementerian Sosial datang dan membagikan sekira 1.700 paket sembako kemarin.
“Adanya bantuan ini sangat terbantu. Kalau lengkap sembako ini baru ini sejak ada Corona. harapannya ya semoga pemerintah bisa begini terus bantu masyarakat,” kata Ningsing.