Virus Corona di Indonesia
Banting Setir, Ini Pekerjaan Pemangkas Rambut Asgar di Kampung Halaman Selama Pandemi Covid-19
Ketua Asgar Indonesia, Irawan Hidayat mengatakan, selama pandemi Covid-19, para pemangkas rambut asli Garut pulang ke kampung halamannya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Ketua Asgar Indonesia, Irawan Hidayat mengatakan, selama pandemi Covid-19, para pemangkas rambut asli Garut pulang ke kampung halamannya.
Pasalnya, tempat usaha mereka tidak diperbolehkan buka sebagai upaya pencegahan penyebaran virus.
Irawan mengatakan anggotanya yang terdampak banyak yang banting setir untuk menghidupi keluarga mereka. Bahkan, ada juga yang menganggur.
"Ada yang jadi pedagang ayam potong, pedagang otak-otak, kuli bangunan dan lain-lain," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Minggu (21/6/2020).
Setiawan, pemangkas rambut Asgar Barokah di kawasan Pasar Santa mengatakan selama hampir tiga bulan tinggal di kampung, ia bekerja sambilan di bengkel motor.
Pemasukannya untuk menghidupi istri dan anaknya yang masih dalam kandungan.
"Ada sih pemasukan di sana (di kampung) kerja sambilan untuk bertahan hidup aja," jawabnya.
Namun, Ricki, pemangkas rambut lainnya mengatakan selama hampir tiga bulan di kampung, ia menganggur.
Di masa PSBB Transisi ini ia kembali lagi ke Pasar Santa untuk bekerja.
Kendati sudah bekerja, kios tempatnya bekerja masih sepi ketimbang di masa normal.
Sejumlah Tukang Cukur Pasar Santa Tak Gentar Potong Rambut
Sejumlah tukang cukur asli Garut di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tidak terlalu cemas mencukur rambut pelanggan di tengah pandemi.
Mereka lebih khawatir pendapatannya yang malah dicukur habis oleh Covid-19.
Ricki (27) sedang duduk di kursi cukuran sambil bermain ponsel. Kiosnya cukup lama kosong tidak dikunjungi pelanggan.
Baru dua minggu ini, bosnya membuka kembali kiosnya bernama Potong Rambut Rafi itu.
Selama kurang lebih tiga bulan, Ricki berada di kampung halaman. Ia menganggur tidak ada pemasukan.
Saat ini kios pun hanya buka di tanggal ganjil semenjak diberlakukannya oleh pemerintah.
• Jasad 2 Bocah di Parit Tewas Ditangan Ayah Tiri, Ayah Kandung: Kenapa Setega Itu Cuma Gegara Es Krim
"Ini aja baru motong rambut satu orang," katanya kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Minggu (21/6/2020).
Biasanya di waktu normal ia biasa memangkas sekira 10 orang.
Ia mengaku tidak terlalu khawatir ketika memangkas rambut pelanggan meski jaraknya berdekatan. Padahal, pelanggan bisa saja batuk-batuk di dekatnya.
Ricki beralasan karena dia memakai alat pelindung diri ketika memangkas rambut.
"Pakai masker, hand sanitizer dan face shield. Enggak terlalu cemas. Apalagi kan di daerah ini zona hijau," lanjutnya.
Setiawan, yang bekerja di pangkas Rambut Asgar Barokah, tak jauh dari tempat Ricki, juga juga lebih banyak duduk saja di dalam kiosnya.
• Diserang Sabit, Wakapolres Karanganyar Pakai Alat Ini Tangkis Serangan, Pelaku Tewas Ditembak
Pelanggan yang datang tidak seramai biasanya di waktu normal.
Ia mengaku tidak terlalu cemas dengan kehadiran pelanggan.
Sebab, Setiawan memakai alat pelindung diri sebelum memangkas rambut pelanggan.
Setiawan malah meminta kepada pelanggan untuk melepaskan maskernya.
Soalnya, sisa potongan rambut yang jatuh dapat menempel di masker.
"Soalnya abis potong kena rambut maskernya. Minta dilepas aja," katanya.

Ia melanjutkan lebih cemas tidak ada pemasukan daripada berlama-lama di kampungnya di Garut.
Setiawan sudah hampir tiga bulan tinggal di kampung.
Sebagai calon bapak, ia harus mencari rezeki tambahan untuk anaknya yang masih di dalam kandungan.
"Ada sih pemasukan di sana (di kampung) kerja sambilan di bengkel motor tapi ya hanya untuk bertahan hidup saja," lanjutnya.
Pendiri Persaudaraan Pemangkas Rambut Garut dan Ketua Asgar Indonesia, Irawan Hidayat mengatakan pemangkas rambut dari Garut sudah mulai bekerja meski sebagian masih tutup.

Para pemangkas rambut di Pasar sudah ada yang buka dengan pengecualian harus membuka sesuai nomor kios ganjil atau genap.
Namun, lanjutnya, pemangkas di tempat lain malah belum bisa buka oleh pengurus RT atau RW setempat.
Pemangkas rambut pun mencari siasat bagaimana tetap buka meski terkesan kejar-kejaran dengan petugas.
Sebab, di tengah kekhawatiran pandemi ini, pemangkas rambut yang terdampak membutuhkan pemasukan.
"Di tempat lain banyak didatengin sama pengurus RT dan RW setempat supaya jangan buka dulu. Tetapi karena kita butuh penghasilan bagaimana kitanya saja buka. Ada kesannya ya kejar-kejaran sama aparat," pungkasnya.