Sisi Lain Metropolitan
Trauma Dikejar Petugas, Cerita Edi Pilih Jadi Badut Keliling Ketimbang Mangkal di Fasilitas Umum
Trauma diusir petugas, Edi (43) pilih jadi badut keliling bersama keponakannya.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Trauma diusir petugas, Edi (43) pilih jadi badut keliling bersama keponakannya.
Cuaca terik hari ini membuat Edi kerap membuka topi badut warna kuning yang berbentuk Pikachu, tokoh Pica dalam serial Pokemon yang memiliki kekuatan listrik.
Sambil bersandar di dinding tepian jalan, ia mengipas wajahnya dengan tangannya.
Di sampingnya juga tampak duduk anak kecil berkerudung biru yang akrab disapa Eni (7).
Tanpa rasa malu, Eni terlihat santai menyeruput minuman kemasan yang baru saja diterimanya dari pengendara sepeda motor yang melintas.
"Ini keponakan saya. Kalau anak saya semuanya ikut istri pas kami pisah. Kalau bukan saudara saya juga enggak mau ngajak," katanya kepada TribunJakarta com, Rabu (24/6/2020).
Edi menuturkan baru menjadi badut keliling beberapa tahun belakangan saja. Pasalnya selepas bercerai dengan istrinya ia hidup menumpang di rumah orang tua Eni yang tak lainnya adik Edi.
Ia melanjutkan hidupnya dengan bekerja serabutan. Bila ada yang menyuruhnya membantu maka ia akan bekerja dan mendapatkan upah.
Sayangnya, pekerjaan yang tak menentu membuat kebutuhannya tak tercukupi pada saat itu.
"Dulu lebih banyak nganggurnya. Makanya pas di tawarin jadi badut saya mau aja," lanjutnya.
Sekira empat tahun belakangan rekannya datang menyambanginya dan melihat kondisinya. Sambil berkeluh kesah, keduanya berbagi cerita perihal kehidupan yang dijalani sembari mengenang masa sekolah.
Sampailah puncak pembahasan mereka perihal pekerjaan badut.
"Bang dari pada nganggur begini mending ikut ngebadut aja," kata rekannya saat itu.
"Oh iya boleh. Itu kostumnya gimana?," sahut Edi.