Virus Corona di Indonesia

Cerita Haru Dokter Ahli Petir ITB Bikin Ventilator Rp 18 Juta: Tidur 4 Jam Sehari di Sofa Masjid

Tangisan dan cibiran terselip dari cerita Syarif Hidayat, dokter ahli petir Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sukses membuat ventilator Rp 18 juta

Editor: Y Gustaman
Dok Tribun Jabar
Ventilator Indonesia (Vent-I) Lulus Uji, Segera Diproduksi Massal untuk Pasien Covid-19. 

Syarif menjelaskan, saat Vent-I ini dikembangkan, banyak teman yang tertarik ingin menyumbang untuk membantu pasien.

Kemudian Salman membuat crowd funding untuk pembuatan Vent-I hingga terkumpul dana Rp 10 miliar lebih.

Syarif bisa tersenyum bangga, sambil menyenderkan punggungnya ke sofa hitam di ruang kerjanya yang menjadi saksi perjuangannya membuat Vent-I.

"Di sinilah saya menghabiskan waktu hampir 6 minggu saat menciptakan Vent-I. Tidur hanya 4 jam di sofa ini setiap malam,” cerita Syarif.

Pengakuan End User

Pengembang sisi medis dan end user Vent-I, Reza Widianto Sudjud dari Unpad mengatakan, ventilator portable itu sudah lolos uji Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan.

Vent-I pun telah memenuhi standar SNI IEC 60601-1:204 yang memuat persyaratan umum keselamatan dasar dan kinerja esensial.

"Vent-I dinyatakan lolos uji ketahanan. Kemudian, kami lakukan uji klinis. Uji klinis lolos. Setelah itu, kami mendapatkan izin edar," katanya di Rumah Sakit Melinda 2, Kota Bandung, Rabu (24/6/20/2020).

Bahkan, sejak Selasa (23/6/2020), sebanyak 216 unit ventilator portable Vent-I sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia.

Pendistribusian itu, mulai dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, sampai Papua Barat.

Reza menjelaskan, alat bantu seperti ventilator amat krusial selama penanganan pandemi Covid-19.

Dia menerangkan, Virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan ancaman kegagalan pernapasan bagi pasien terkonfirmasi positif.

"Vent-I ini pun menjadi inovasi dari Jawa Barat untuk Indonesia. Vent-I dapat membantu penanganan pasien positif Covid-19 di seluruh daerah Indonesia," ujarnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Reza mengatakan, target produksi Vent-I sekitar 800-900 unit sampai minggu ke-2 Juli 2020. Unit itu diproduksi melalui kerja sama dengan berbagai pihak di Jabar, seperti PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jabar.

"Jalur produksi assembly dilakukan di Politeknik Manufaktur (Polman) dan Politeknik Bandung (Polban), dibantu beberapa SMK dan melibatkan Usaha Menengah dan Kecil UMK," katanya sambil menegaskan, kontrol kualitas dan kalibrasi tetap dilakukan ITB.

“Mahasiswa ITB, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Polman, dan Polban terlibat selama proses pengembangan, produksi dan kontrol kualitas," imbuhnya.

Pengoperasian yang mudah

Sementara itu, pengembang sisi medis Vent-I, Ike Sri Redjeki, mengatakan ventilator buatan Syarif menggunakan mesin Positive End-Expiratory Pressure (PEEP) agar mudah dioperasikan.

Hal itu diterapkan karena tidak semua dokter dan tenaga medis dapat mengoperasikan ventilator advance.

"Kalau memegang ventilator dan salah, itu bukan membantu, malah membunuh. Saya coba membuat yang paling sederhana," kata Ike.

Jadi, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mengoperasikan ventilator advance mendorong Ike dan tim untuk berinovasi.

Selain SDM, pembuatan ventilator advance memerlukan waktu panjang, sedangkan virus SARS-CoV-2 menyebar dengan cepat. Maka, pembuatan ventilator dengan mesin PEEP dinilai efektif, tepat guna, dan biaya produksi yang rendah.

Ike mengatakan, Vent-I digunakan untuk pasien Covid-19 dengan gejala klinis tahap dua agar mereka tidak gagal napas.

"Maka kami coba membuat ventilator yang dapat dioperasikan perawat, dokter umum, atau dokter spesialis yang lain. Bahkan mesin ini bisa dibawa pulang, dan dipakai pasien di rumah," ucap Ike.

Ventilator portable Vent-I menjadi salah satu solusi pemenuhan ventilator di Indonesia. Keberadaan Vent-I, kata Ike, dapat menekan tingkat mortalitas atau kematian akibat Covid-19.

"Ventilator yang kami kembangkan dan buat tepat guna, karena tujuannya untuk penanganan Covid-19 yang menular begitu cepat. Itu yang sekarang kita butuhkan," katanya. (Kompas.com/Reni Susanti)

Artikel ini disarikan dari berita Kompas.com dengan: Kisah Dosen ITB Bikin Ventilator Indonesia, Rela Dicibir, Tidur di Masjid, hingga Dapat Dana Rp 10 M, dan Unpad Bersama ITB dan Rumah Amal Salman Berhasil Buat Ventilator Portabel

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved