Sisi Lain Metropolitan

Tukang Vermak Levis Ini Pernah Jahit Celana Robek Gilang Dirga Saat Syuting di Sunda Kelapa

Casmono (38) sudah pernah menjahit pakaian orang-orang dari berbagai daerah dan kalangan. Satu diantaranya Gilang Dirga.

TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO
Casmono (38), memanfaatkan halte 'mati' di dekat kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, Pademangan, Jakarta Utara, sebagai tempat membuka usaha jahit. 

Lapak menjahit yang dibukanya di halte itu juga terbilang sederhana. Casmono hanya menempatkan meja jahit beserta alat penjahit manual yang ia beli seharga Rp 700.000 pada tahun 2015.

Diungkapkannya, alat dan meja jahit itu masih menjadi andalannya meskipun sudah termakan usia. Sebab, ia belum punya uang lebih untuk membeli yang baru.

"Ini sudah sering kena hujan sampai keropos begini. Sebenarnya sudah layak ganti tapi duit lagi susah, jadi untuk kebutuhan lain," ucap Casmono.

Manfaatkan Halte 'Mati' dekat Pelabuhan Sunda Kelapa

Halte bus di Jalan Krapu, tepatnya di dekat gerbang masuk Pelabuhan Sunda Kelapa, Pademangan, Jakarta Utara, sudah tak lagi berfungsi selayaknya.

Lantaran tak ada lagi bus yang melintasi daerah itu, pengguna angkutan umum nampaknya juga enggan menunggu di halte tersebut.

Di balik tak berfungsinya lagi halte tersebut, ada seorang pria bernama Casmono (38) yang melihat adanya potensi dari halte itu.

Bagi sebagian orang halte itu bisa jadi halte 'mati'. Tapi bagi Casmono, kehidupannya beberapa tahun belakangan ini sedikit banyak ditopang dari apa yang ia lakukan di halte 'mati' tersebut.

Sejak 2009, halte bus itu sudah dimanfaatkan Casmono untuk mencari uang sebagai tukang jahit yang sering juga disebut tukang vermak levis.

"Ini halte mah halte 'mati'. Udah nggak ada lagi yang pake untuk tunggu angkot di sini," kata Casmono saat dijumpai TribunJakarta.com pada Rabu (8/7/2020) malam.

Sehari-harinya, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, itu mulai membuka lapaknya di halte tersebut sekitar pukul 17.00 WIB sampai seselesainya.

Lapak menjahit yang dibukanya di halte itu juga terbilang sederhana. Casmono hanya menempatkan meja jahit beserta alat penjahit manual yang ia beli seharga Rp 700.000 pada tahun 2015.

Diungkapkannya, alat dan meja jahit itu masih menjadi andalannya meskipun sudah termakan usia. Sebab, ia belum punya uang lebih untuk membeli yang baru.

"Ini sudah sering kena hujan sampai keropos begini. Sebenarnya sudah layak ganti tapi duit lagi susah, jadi untuk kebutuhan lain," ucap Casmono.

Selain peralatan menjahit, tidak lupa juga sebuah bohlam dipasang di halte itu demi memberikan penerangan seadanya saat menjahit malam hari.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved