Sisi Lain Metropolitan
Tukang Vermak Levis Ini Pernah Jahit Celana Robek Gilang Dirga Saat Syuting di Sunda Kelapa
Casmono (38) sudah pernah menjahit pakaian orang-orang dari berbagai daerah dan kalangan. Satu diantaranya Gilang Dirga.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Membuka usaha vermak levis di halte tak terpakai dekat gerbang Pelabuhan Sunda Kelapa, Casmono (38) sudah pernah menjahit pakaian orang-orang dari berbagai daerah dan kalangan.
Dari nelayan sampai anggota polisi, dari warga Pademangan sampai warga Marunda, dari warga lokal hingga turis asing, semua pernah memakai jasanya.
Bahkan, Casmono mengaku pernah menjahit celana robek seorang figur publik yang kerap kali meramaikan layar kaca.
Ditemui Rabu (8/7/2020) malam kemarin, Casmono bercerita bahwa dirinya pernah menjahit celana artis Gilang Dirga.
"Saya pernah jahit celana artis. Gilang Dirga kalau nggak salah," kata Casmono.
Hal itu diyakininya terutama saat diperlihatkan foto Gilang Dirga.
"Iya benar, yang ini," ucap Casmono.

Momen tersebut seingat Casmono terjadi sekitar tahun 2011. Kala itu, Gilang Dirga tengah menjalani syuting acara komedi televisi.
Casmono yang sedang berada di dalam kawasan Sunda Kelapa tiba-tiba dipanggil seseorang yang hendak menjahit celana robek.
Seseorang itulah yang merupakan Gilang Dirga yang pada akhirnya sampai sekarang masih lekat di ingatan Casmono.
"Dulu pernah main yang lucu-lucu itu syuting di Sunda Kelapa. Celana dia robek yang jahit saya," kata Casmono.
"Tolong pak jahitin (celana) punya saya. Saya mau pake," imbuh dia mengingat-ingat ucapan Gilang Dirga kala itu.
Adapun lapak vermak levis di halte 'mati' dekat Pelabuhan Sunda Kelapa telah dibuka Casmono sejak tahun 2009.
Sehari-harinya, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, itu mulai membuka lapaknya di halte tersebut sekitar pukul 17.00 WIB sampai seselesainya.
Lapak menjahit yang dibukanya di halte itu juga terbilang sederhana. Casmono hanya menempatkan meja jahit beserta alat penjahit manual yang ia beli seharga Rp 700.000 pada tahun 2015.
Diungkapkannya, alat dan meja jahit itu masih menjadi andalannya meskipun sudah termakan usia. Sebab, ia belum punya uang lebih untuk membeli yang baru.
"Ini sudah sering kena hujan sampai keropos begini. Sebenarnya sudah layak ganti tapi duit lagi susah, jadi untuk kebutuhan lain," ucap Casmono.
Manfaatkan Halte 'Mati' dekat Pelabuhan Sunda Kelapa
Halte bus di Jalan Krapu, tepatnya di dekat gerbang masuk Pelabuhan Sunda Kelapa, Pademangan, Jakarta Utara, sudah tak lagi berfungsi selayaknya.
Lantaran tak ada lagi bus yang melintasi daerah itu, pengguna angkutan umum nampaknya juga enggan menunggu di halte tersebut.
Di balik tak berfungsinya lagi halte tersebut, ada seorang pria bernama Casmono (38) yang melihat adanya potensi dari halte itu.
Bagi sebagian orang halte itu bisa jadi halte 'mati'. Tapi bagi Casmono, kehidupannya beberapa tahun belakangan ini sedikit banyak ditopang dari apa yang ia lakukan di halte 'mati' tersebut.
Sejak 2009, halte bus itu sudah dimanfaatkan Casmono untuk mencari uang sebagai tukang jahit yang sering juga disebut tukang vermak levis.
"Ini halte mah halte 'mati'. Udah nggak ada lagi yang pake untuk tunggu angkot di sini," kata Casmono saat dijumpai TribunJakarta.com pada Rabu (8/7/2020) malam.
Sehari-harinya, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, itu mulai membuka lapaknya di halte tersebut sekitar pukul 17.00 WIB sampai seselesainya.
Lapak menjahit yang dibukanya di halte itu juga terbilang sederhana. Casmono hanya menempatkan meja jahit beserta alat penjahit manual yang ia beli seharga Rp 700.000 pada tahun 2015.
Diungkapkannya, alat dan meja jahit itu masih menjadi andalannya meskipun sudah termakan usia. Sebab, ia belum punya uang lebih untuk membeli yang baru.
"Ini sudah sering kena hujan sampai keropos begini. Sebenarnya sudah layak ganti tapi duit lagi susah, jadi untuk kebutuhan lain," ucap Casmono.
Selain peralatan menjahit, tidak lupa juga sebuah bohlam dipasang di halte itu demi memberikan penerangan seadanya saat menjahit malam hari.
Kata Casmono, menjahit di halte yang sangat berdekatan dengan pelabuhan menimbulkan rasa cemas dengan sendirinya.
Rasa cemas itu timbul bukan dari razia Satpol PP atau pengelola pelabuhan yang bisa menutup usahanya.
Rasa cemas itu dirasakan karena setiap harinya, terutama di malam hari, jalanan di depan halte tersebut selalu dilintasi truk trailer.
Casmono terkadang harus menoleh ke arah jalan apabila terdengar suara bising truk trailer yang melintas.
Itu menjadi suatu cara menjaga dirinya tetap waspada karena ia tak mau tewas ditabrak truk trailer.
Apalagi, beberapa waktu lalu halte tempatnya membuka lapak menjahit sempat ditabrak truk yang melintas.
Beruntung, saat itu lapak Casmono sudah tutup.
"Waktu itu halte ini pernah ditabrak truk. Saya lagi nggak di sini, karena waktu itu kejadiannya jam 2 (dini hari)," kata Casmono.
Menjadi tukang jahit di halte bekas nyatanya bukan pekerjaan pertama yang dilakukan bapak anak satu ini.
Sebelum menetap di halte itu, Casmono sempat menjadi tukang jahit keliling yang beroperasi di dalam kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.
"Saya di sini (halte) dari 2009. Sebelumnya keliling dari tahun 2007 sampe 2013 kalau enggak salah," kata Casmono.
• Rekannya Dibegal Saat Ngojek, Duloh Ikut Cemas jadi Korban Tindak Kriminal
• Pemkot Tangerang Buka Pemeriksaan Hewan Peliharaan Gratis, Begini Caranya
• Cegah Penculikan, Polisi Kuatkan Patroli Hingga Imbau Orang Tua Waspada
Sebelum menjadi tukang jahit di halte secara penuh, Casmono pernah menjalankan dua shift pekerjaan. Dari pagi hingga sore ia akan berkeliling di dalam kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa. Sementara dari sore sampai malam baru ia akan menetap di halte.
Namun, seiring waktu berjalan pengelola pelabuhan sudah tak lagi memperbolehkan tukang jahit keliling masuk ke dalam.
Alhasil, Casmono pun memanfaatkan halte tersebut secara penuh untuk lapak jahitnya.
Adapun selama membuka lapak menjahit di halte dekat pelabuhan, otomatis pelanggan Casmono adalah orang-orang yang beraktivitas di sana.
Selain nelayan, polisi dan turis yang melintas kerap kali menggunakan jasa Casmono untuk membuat pakaian mereka bagus kembali.