Erdogan Mendapat Banyak Kritik Terkait Perubahan Status Hagia Sophia
Presiden Erdogan sebelumnya telah berulangkali menyerukan agar bangunan bersejarah itu diganti statusnya menjadi masjid
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Perubahan Hagia Sophia menjadi masjid oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan menuai kritik dari banyak pihak.
Mereka mempertanyakan motif pengubahan status ini apakah terkait dengan situasi politik di Turki? Hal ini diduga dikarenakan popularitas Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpin Erdogan terus menurun dalam jajak pendapat terakhir.
Surat kabar Jerman, Die Welt menulis untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid setelah Dewan Administratif Tertinggi membatalkan keputusan tahun 1934 dan mengubahnya menjadi masjid dengan tanda tangan Presiden Erdogan dari AKP.
Narasi besar seperti demokrasi, kebebasan dan kemakmuran yang telah berkontribusi pada kesuksesan AKP selama bertahun-tahun telah runtuh dengan gemuruh yang hebat.
"Keputusan ini dimaksudkan menambah poin dukungan dari konstituen yang fanatik dan nasionalis Erdogan," kata Anthony Skinner dari lembaga Verisk Maplecroft, seperti dilansir thearabweekly, Senin (13/7/2020).
"Hagia Sophia bisa dibilang adalah simbol paling mencolok dari masa Kekhalifahan Utsmaniyah - salah satu yang bisa dimanfaatkan Erdogan untuk memperkuat cengkeramannya di basis pendukung seraya tetap membungkam kritik domestik dan asing," katanya.
Pengadilan Turki memutuskan status Hagia Sophia pada hari Jumat, muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Turki dan Uni Eropa atas strategi pengeboran minyak kontroversial Ankara di Mediterania timur dan keterlibatannya dalam konflik Libya.
Jean Marcou, peneliti di Institut Perancis untuk Studi Anatolia, mengatakan mengubah status Hagia Sophia akan menjauhkan posisi Turki dari sekutu Baratnya, mempengaruhi hubungan Yunani-Turki dan kemungkinan menghambat hubungan Rusia-Turki.
• Ingat Petugas PPSU yang Nikahi Bule Turki? Kini LDR Jakarta-Austria, Si Wanita Dapat Tawaran Syuting
• Manisnya Pastri Mungil Khas Turki di Mardin Baklava Cipinang yang Bertabur Kacang Pistachio
"Secara simbolis, keputusan seperti itu akan muncul sebagai titik kulminasi bagi Turki yang secara sistematis melakukan serangan di semua teater konflik regional: Suriah, Irak, Libya dan Mediterania timur," katanya.
"Erdogan ingin menggunakan konversi Hagia Sophia menjadi masjid untuk menggalang basis sayap kanannya," kata Cagaptay, penulis "Erdogan Empire." "Tapi saya tidak berpikir strategi ini akan berhasil. Saya pikir bahwa pertumbuhan ekonomi yang rendah, tidak akan mengembalikan popularitas Erdogan. "
Isu perubahan status Hagia Sophia sebenarnya bukan hal yang baru. Presiden Erdogan sebelumnya telah berulangkali menyerukan agar bangunan bersejarah itu diganti statusnya menjadi masjid.
Hal ini kemudian terlaksana ketika dia menandatangani dekrit presiden pada hari Jumat (10/7/2020), yang menyerahkan penanganan Hagia Sophia ke direktorat urusan agama Turki untuk dibuka kembali menjadi masjid.
Selain dari kelompok-kelompok nasionalis dan konservatif, banyak orang lain di Turki yang menginginkan Hagia Sophia tetap menjadi museum, sebagai simbol solidaritas Kristen dan Muslim. "Itu adalah struktur yang menyatukan sejarah Bizantium dan Utsmaniyah," kata Zeynep Kizildag, pekerja sosial berusia 27 tahun, yang tidak mendukung konversi.
"Keputusan untuk mengubahnya menjadi masjid seperti menghapus sejarah 1.000 tahun, menurut saya," lanjutnya.
Hal yang sama disesalkan oleh Kepala Kebijakan Uni Eropa. "Keputusan Dewan Negara Turki untuk membatalkan salah satu keputusan penting Turki modern dan keputusan Presiden Erdogan untuk menempatkan monumen di bawah pengelolaan Menteri Urusan Agama sangat disesalkan", kata kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell.
Amerika Serikat juga mengkritik keputusan tersebut. "Kami kecewa dengan keputusan pemerintah Turki untuk mengubah status Hagia Sophia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus.
Dia mengatakan AS berharap untuk memastikan monumen “tetap dapat diakses tanpa hambatan untuk semua. ”
Sedangkan calon presiden Demokrat Joe Biden juga mengatakan pada hari Jumat bahwa ia sangat menyesalkan keputusan Turki. Biden meminta Erdogan untuk membatalkan keputusan tersebut.
Sementara itu, surat kabar Neue Presse menyatakan jika Presiden Erdogan menggunakan perubahan status Hagia Sophia menjadi alat politik, hal ini dinilai tidak akan efektif menarik pemilih.
Meskipun konversi Hagia Sophia menjadi masjid di Istanbul membuat pemilih Islamis dan nasionalisnya bahagia, namun popularitas Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dan Erdogan akan terus tergerus dengan isu-isu penting yang kini tengah dihadapi Turki.
Beberapa isu penting yang menarik pemilih muda adalah soal ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja. Juga penanganan pandemi virus corona (Covid-19) serta langkah pemerintah yang membungkam suara kritis di dalam negeri.
"Sekarang dia bisa merayakan di depan para pendukungnya, tetapi dia tidak akan bisa lepas dari fakta dalam jangka panjang: Presiden tidak bisa lagi menarik dukungan masyarakat secara politik." tulisnya.
Kebijakan perubahan Hagia Sophia dinilai akan memperburuk hubungan Turki dengan UNESCO, konflik dengan Yunani dan memperkuat kecurigaan dengan dunia Barat.
Di atas segalanya, transformasi Hagia Sophia menunjukkan bahwa Erdogan tidak lagi memiliki ide yang lebih baik.
Sumber:
https://boldmedya.com/2020/07/11/ayasofyadan-sonra-tayyip-erdoganin-elinde-geriye-gezi-parki-ve-idam-cezasi-kaldi/
https://www.turkishminute.com/2020/07/12/erdogan-previously-described-calls-for-hagia-sophias-conversion-to-mosque-a-trap/
https://thearabweekly.com/hagia-sophia-decision-reflects-erdogans-ambitions-home-sparks-criticism