Sisi Lain Metropolitan

Belajar dari Pengalaman, Cerita Saut Jual Hewan Kurban Pakai Sistem Pre Order

Di kala beberapa pedagang hewan kurban mengalami penurunan omset, hal berbeda justru dirasakan oleh Saut Santoso (29).

TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Suasana di lapak hewan kurban milik Saut yang ada di Jakarta Timur, Senin (27/7/2020) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Di kala beberapa pedagang hewan kurban mengalami penurunan omset, hal berbeda justru dirasakan oleh Saut Santoso (29).

Saut merupakan karyawan swasta yang kembali mencoba peruntungan dengan memanfaatkan momen.

Sama seperti beberapa tahun sebelumnya, momen Idul Adha tahun ini ia manfaatkan lagi untuk berjualan hewan kurban.

Suasana di lapak hewan kurban milik Saut yang ada di Jakarta Timur, Senin (27/7/2020)
Suasana di lapak hewan kurban milik Saut yang ada di Jakarta Timur, Senin (27/7/2020) (TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Kambing dan sapi yang dijualnya ia datangkan langsung dari salah satu wilayah di Jawa Timur.

Meski begitu, Saut sudah mempelajari lebih dulu kondisi lapangan saat ini.

Pandemi Covid-19 yang melanda, membuatnya memilih trik lain untuk berjualan.

Trik tersebut ialah dengan sistem pre order (PO).

Sehingga penjualan hewan kurbannya lebih ditekankan melalui media sosial seperti Instagram maupun WhatsApp.

"Alhamdulillah justru meningkat. Karena saya sistem jualnya PO. Ya sebelumnya mengamati pasaran dulu. Alhamdulillah banyak yang PO," katanya kepada TribunJakarta.com, Senin (27/7/2020).

Suasana di lapak hewan kurban milik Saut yang ada di Jakarta Timur, Senin (27/7/2020)
Suasana di lapak hewan kurban milik Saut yang ada di Jakarta Timur, Senin (27/7/2020) (TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Selain itu, sistem PO digunakannya berdasarkan pengalaman di tahun sebelumnya.

Saut menuturkan sempat merugi ketika hewan kurbannya tak laku terjual di lapak.

Kala itu, ia harus mengembalikan belasan ekor kambing karena tak habis terjual.

"Sistem ini juga diterapkan atas dasar belajar dari pengalaman aja. Sebab, dua tahun lalu itu saya jualan enggak habis sekitar 15 ekor,"

"Mau enggak mau akhirnya dikembalikan ke peternakan. Untuk satu ekor kambing bisa Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. Jadi tekor habis di situ aja sih uangnya," ungkapnya.

Suruh Camat Bersihkan Sampah Karena Mengira Tukang Sapu Jalanan, Bos di Samarinda Kena Sanksi

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved