Subuh Jahanam di Warung Haryanti: Rp 170 Juta dan Emas Dirampok 6 Orang, Kenali Suara Pelaku
Pelaku tetap mengancam ibu enam anak itu berulang kali agar tak melawan, bahkan satu pelaku sempat memukul wajahnya
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM- Dalam sekejap, Haryanti (34) kehilangan Rp 170 juta, 70 gram emas, 3 handphone dan berbungkus-bungkus rokok dari warungnya.
Dia menjadi korban perampokan pagi buta oleh enam orang. Empat orang merangsek ke dalam warungnya dan mengacungkan senjata api.
Tiada pilihan lain selain menyerah karena anak kembarnya digendong perampok.
Suami tidak ada di rumah
Saat perampokan itu terjadi, suami korba tidak berada di rumah.
Kejadiannya saat itu Haryanti masih ia masih dalam keadaan terlelap.
Perampokan tersebut terjadi pada pukul 03.30 WIB. Dia masih syok saat ditemui di warung semi agen miliknya, Jalan Pule, RT 08/04, Kelurahan Kampung Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (4/8/2020).
Bagaimana tidak, Ia baru saja jadi korban penyekapan dan perampokan yang diduga dilakukan oleh enam orang komplotan garong pada subuh tadi, sekira pukul 03.30 WIB.
Haryanti menceritakan saat itu, ia masih dalam keadaan terlelap.
Hingga kemudian empat orang perampok mendobrak pintu.

Tanpa basa-basi, mereka langsung mengacungkan senjata api dan tajamnya ke Haryanti.
"Dua perampok lainnya di luar jaga motor dan mobil. Empat orang masuk ke dalam, saya langsung ditodong pistol dan dilarang untuk berteriak," ucap Haryanti.
Dalam kondisi ketakutan, ia semakin tertekan saat seorang perampok yang mengenakan masker, menggendong salah satu anak kembarnya yang masih berusia 1,5 tahun.
"Sambil gendong, dia nodongin pistol ke kepala anak saya yang masih balita. Saya pasrah, saya bilang ke mereka ambil saja semua asal, jangan apa-apain anak saya," tuturnya.
Uang senilai Rp 170 juta, 70 gram emas, 3 handphone dan berbungkus-bungkus rokok dibawa kabur pelaku.
Sebelum kabur, para perampok kemudian mengikat kaki dan tangan Haryanti beserta enam orang anaknya menggunakan kabel tis.
Mereka semua kemudian digiring ke dalam kamar tidur dan memerintahkan untuk tidak berteriak sebelum mereka pergi.
"Suami saya baru mau perjalanan pulang dari kampung. Jadi dirumah hanya ada saya, enam orang anak, dan empat orang pegawai. Pegawai saya pada tidur di belakang, enggak kedengeran ada ribut-ribut," kara Haryanti.
Sementara itu, sang Ayah Zulhan Effendi (40) baru tiba di rumah pada pagi harinya.
Ia langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Ciracas.
"Pas banget saya lagi enggak ada di rumah, habis pulang kampung. Anak-anak masih pada syok. Tadi polisi juga sudah datang ke sini untuk olah TKP," ungkap Zulhan.
Kenal Suara Perampok
Haryanti menduga komplotan perampok yang menggasak harta bendanya merupakan kelompok kriminal yang profesional.
Dugaan tersebut berdasarkan pada pengamatan aksi perampokan yang dialaminya. Haryanti menilai aksi perampokan seperti terencana dengan matang.
"Mereka datang enggak ngebobol pintu pelan-pelan. Langsung didobrak pakai kaki. Tanpa basa-basi langsung nodong pistol ke arah saya," ungkap Haryanti.
Tiga orang lainnya bertugas memantau gerak-gerik 6 orang anaknya. Sedangkan dua orang lainnya berjaga di luar.
"Yang di luar dua orang. Satu orang jaga mobil, satunya lagi kayaknya keliling naik motor, mantau situasi. Karena suara motornya kedengeran dari dalam," ucapnya.
Seorang perampok lainnya yang masuk ke dalam rumah membawa karung untuk mengangkut barang-barang rampasan yang mudah dibawa, namun mahal apabila dijual.
"Barang dagangan yang dibawa cuma rokok. Sisanya uang 170 juta sama emas kira-kira 70 gram," tutur Haryanti.
Tak hanya itu, perencanaan komplotan perampokan yang matang juga terlihat dari banyaknya kabel tis yang dibawa pelaku.
"Saya lihat kabel tisnya ada banyak. Mungkin karena mereka tahu kalau di sini ada banyak orangnya," katanya.
Haryanti mengaku seperti mengenali suara perampok yang menodongkan senjata api ke kepala anaknya yang masih balita. Meski begitu, ia tak melihat secara pasti wajah pelaku tersebut.
"Kayak saya kenal suaranya, sering beli ke warung. Tapi mukanya enggak kelihatan soalnya pakai topi sama penutup wajah," ujar Haryanti.
Pelaku pukul korban
Meski Haryanti tak melawan karena satu pelaku mengancam membunuh putrinya yang berusia 1,5 tahun dengan cara membanting dan ditembak.
Pelaku tetap mengancam ibu enam anak itu berulang kali agar tak melawan, bahkan satu pelaku sempat memukul wajahnya tanpa alasan pasti.
"Muka saya dipukul pakai bagian lengan. Satu pelaku yang bawa golok gede nodong leher saya. Pelaku lain yang bawa pistol nodong kepala saya," kata Haryanti di Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (4/8/2020).
Sedari awal pelaku mendobrak pintu samping rumahnya sekira pukul 03.30 WIB, Haryanti sadar pelaku tak segan menganiaya.
Dia menunujukkan seluruh harta kepada empat pelaku yang masuk ke rumahnya karena tak ingin satu putra dan enam putrinya terluka.
"Saya tunjukin lokasi uang, emas. Saya enggak berani melawan atau teriak. Takut anak saya diapa-apain, dari awal saya enggak berani melawan," ujarnya.
Namun pelaku seakan tak perduli, setelah berulang kali mengancam dan berhasil menggasak uang Rp 170 juta, emas, tiga handphone.
• Maling di Ciracas Tendang dan Injak Remaja 15 Tahun yang Bela Ibunya Saat Ditodong Golok
• Omnibus Law RUU Cipta Kerja Diperlukan Untuk Percepat Pemulihan Ekonomi Indonesia
• Liga Eropa Man United Vs LASK Linz: Ole Coret 2 Pemain, Panggil Pemain Muda, Setan Merah Tampil Beda
Para pelaku yang tampak sudah profesional sebagai garong justru tega menganiaya Haryanti, pun ibu enam itu dalam posisi tangan terikat kabel tis.
"Pas mereka mau pergi, pelakunya bilang 'awas jangan teriak' lalu nendang badan saya. Saya enggak melawan sama sekali, yang penting anak selamat," tuturnya.
Kemauan pelaku diikuti Haryanti dan enam anaknya yang diikat dalam dua kamar, mereka baru berteriak saat mobil dan motor pelaku meninggalkan lokasi. (Warta Kota/Tribun Jakarta)