Cerita Hendra Pelajar yang Ditolak Sekolah Karena Cacat, Menangis di Samping Ibu Usai Temui Kepsek
Muhammad Hendra Afriyanto tak kuasa membendung air mata, saat mengetahui pihak sekolah tak sanggup menerimanya belajar di SMPN 2 Tamanan, Bondowoso.
Penulis: Muji Lestari | Editor: Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Muhammad Hendra Afriyanto tak kuasa membendung air mata, saat mengetahui pihak sekolah tak sanggup menerimanya belajar di SMPN 2 Tamanan, Bondowoso.
Hendra berpikir, setelah lulus dari bangku sekolah dasar ia bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di sekolah umum seperti teman-temannya.
Mulanya Hendra merasa senang lantaran sudah diterima di SMPN 2 Tamanan, Bondowoso.
Mengetahui anaknya lolos ujian seleksi penerimaan, orangtua Hendra pun turut bergembira.
Meski tak punya uang dan hidup dalam keterbatasan, ayah Hendra yang berprofesi kuli bangunan berusaha membelikan anaknya seragam sekolah.
Namun, kebahagiannya itu tak berlangsung lama.
Sebab saat mengetahui kondisi Hendra sesungguhnya, pihak sekolah ragu hendak menerima Hendra.
Alasannya, Hendra tak bisa menulis karena tangannya cacat.
Padahal, kemampuannya tak jauh berbeda dengan pelajar lainnya.
Mendengar sekolah meminta dirinya mundur, Hendra menangis.
Padahal, dirinya sudah mencoba memakai seragam dan topi sekolah.
Impiannya seolah runtuh saat sekolah memperlakukan dirinya karena mengalami keterbatasan fisik.
• Bidan Takut Tertular Covid-19, Wanita di Jatim Terpaksa Melahirkan Sendirian di Kamar Mandi
Direkomendasikan Guru SD
Dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, Hendra asal Desa Sumberkemuning, Kecamatan Tamanan terlahir sebagai anak difabel.
Ia baru saja lulus dari SDN Sumber Kemuning 2.