Food Story
Gurihnya Itiak Lado Hijau dan Lemang Hj Zaidar di Jalan Kramat Raya Senen Jakarta Pusat
Untuk menghangatkan tubuh, saya memilih masakan minang yang berada di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Suharno
Sayangnya, ketika saya datang nasi kapau di sana tidak lagi menyediakan ketupat ketan. Sebagai penggantinya, pelayan menyarankan dengan lemang.
Lemang biasanya disantap bersama tapai atau tape, yaitu beras ketan hitam yang telah difermentasi. Rasanya manis. Namun, ada juga lemang yang dipadukan dengan makanan asin dan gurih seperti rendang.
Kata salah satu pelayan, bahkan menyantap lemang hanya dengan bumbu rendang saja rasanya sudah nikmat.
Lemang yang dibalut daun pisang itu per porsinya dihargai sekitar Rp 30 ribu. Saya memesan setengahnya.
Gurihnya Itiak Lado Hijau
Sepiring itiak lado hijau dan lemang tersaji di depan meja. Lado atau cabai hijau tampak menyelimuti daging bebek.
Ketika dicicip, daging bebeknya terasa empuk dan gurih. Bumbunya tidak terlalu pedas.
Daging bebeknya berasal dari jenis entok. Untuk bumbu itiak lado hijau tanpa menggunakan santan. Bumbu bebeknya kaya rempah, di antaranya bawang merah, bawang putih, jahe, pala, lengkuas, cengkeh dan cabe hijau. Cocok untuk menghangatkan tubuh.
Sementara lemangnya juga enak dicocol bumbu lado hijaunya. Aroma ketan dan harum daun pisang terasa di dalam mulut.

Setelah kenyang, sebagai pencuci mulut ada kue bugis dan kue lemang baluo yang rasanya tak kalah nikmat.
Kue bugis dan lemang baluo sama-sama terbuat dari ketan. Bedanya, kue bugis berasal dari tepung ketan sedangkan lemang baluo berbahan dasar beras ketan.
Untuk isiannya, kue bugis berisi ampas kelapa yang disiram air gula. Lemang baluo berisi ampas kelapa yang disiram gula merah. Wah, rasanya ingin tambah lagi.
Lamak bana!