Food Story

Menyeruput Kopi Sambil Menikmati Suasana Tempo Dulu di Kedai Kopi Es Tak Kie Glodok

Cita rasa sedikit pahit, juga asam khas kopi Lampung sangat terasa pada tegukan pertama es kopi tersebut.

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana
Kopi Es Tak Kie, warung legendaris yang ada di Gang Gloria, Glodok, Jakarta Barat. Sudah ada sejak 1927. Suasana klasik ala tempo dulu masih sangat terasa hingga kini, Selasa (18/8/2020). 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, TAMAN SARI - Di dalam gang yang tidak terlalu luas di kawasan Glodok, Jakarta Barat, ada sebuah kedai kopi legendaris yang seolah sayang untuk dilewatkan.

Kopi Es Tak Kie, begitu namanya. Terletak di Gang Gloria, Glodok, Jalan Pintu Besar Selatan III, Jakarta Barat, kedai kopi ini sudah ada sejak 1927 silam.

Konon, ornamen yang ada di dalamnya juga berusia cukup tua dan masih dipertahankan hingga saat ini.

Suasana vintage, sangat terasa ketika Anda mulai memasuki kedai ini.

Terlihat jajaran foto-foto lawas tentang sejarah Kopi Es Tak Kie sejak awal berdiri serta arsitektur bangunan kuno seolah membawa saya kepada suasana tempo dulu.

"Ini gedung benar-benar super tua. Meja dan bangkunya juga sudah dari tahun 1927, yang datang kalah tua kebanyakan. Barang jaman dulu jatinya emang kuat," ungkap Akwang, generasi ke tiga dari Liong Kwie Tjong yang merupakan pendiri Kopi Es Tak Kie, pada TribunJakarta, Selasa (18/8/2020).

Awal mulanya, kedai ini pertama kali didirikan oleh seorang perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong yang merupakan kakek dari Akwang. 

Liong kala itu menjual kue-kue dan hanya memiliki usaha dengan gerobak saja di kawasan Petak Sembilan.

Dilansir dari website kopiestakkie.com, putra Liong, yang bernama Liong Tjoen, adalah generasi kedua yang meneruskan usaha tersebut.

Mulai dari generasi inilah, kedai tersebut mulai menetap di kedai kecil yang berada di gang Gloria ini.

Pada tahun 1930, banyak permintaan dari para pelanggan untuk menyajikan kopi.

Sejak saat itu, Kopi Es Tak Kie menjadi menu yang favorit di warung ini. Bahkan kopi otentik ini masih bertahan dengan resep yang sama hingga sekarang.

Kopi Es Tak Kie, warung legendaris yang ada di Gang Gloria, Glodok, Jakarta Barat. Sudah ada sejak 1927. Suasana klasik ala tempo dulu masih sangat terasa hingga kini, Selasa (18/8/2020).
Kopi Es Tak Kie, warung legendaris yang ada di Gang Gloria, Glodok, Jakarta Barat. Sudah ada sejak 1927. Suasana klasik ala tempo dulu masih sangat terasa hingga kini, Selasa (18/8/2020). (TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana)

Saya pun memesan satu gelas Kopi Es Tak Kie seharga Rp 22 ribu.

Cita rasa sedikit pahit, juga asam khas kopi Lampung sangat terasa pada tegukan pertama es kopi tersebut.

Rasanya cukup membuat segar dan melek. Apalagi jika diminum dalam suasana siang hari yang begitu terik.

Sudah ada sejak masa lampau, kedai ini bak primadona yang banyak dicari-cari pengunjung Pasar Glodok.

Ya, kapan lagi bisa menyeruput segarnya es kopi sambil merasakan suasana masa lampau dengan hiruk pikuk khas peranakan china.

"Tak ada yang berubah, semua masih sama. Resep turun temurun keluarga kami," ungkap Akwang.

Tak Kie, bermakna kesederhanaan. Diambil dari kata 'Tak’ yang artinya adalah orang yang sederhana dan apa adanya, serta kata ‘kie’ yang memiliki arti mudah diingat banyak orang.

Memiliki maksud bahwa pendiri kedai kopi ini ingin mengajarkan kepada penerusnya untuk selalu tampil sederhana dan selalu merendah.

Hal ini juga menjadi salah satu sebab yang membuat kesederhanaan terus dijaga dan dipertahankan dalam kedai kopi yang legendaris ini.

Meski sudah sangat terkenal, Akwang menyebut tak berniat untuk pindah tempat apalagi membuat kedai ini menjadi lebih besar.

"Kami engga niat pindah tempat, karena kami sudah tua. Saya adalah generasi ke tiga dari pendiri, saya sudah berusia kepala 6. Mau digedein (tempat) apanya? Kita akan pertahankan. Kita perankan penggemar kopi," jelas Akwang.

"Penggemar kopi banyak, ini gedung super tua. Jadi bisa mereka mengambil suasana (tempo dulu). Saya hanya cat-cat aja. Tidak mengubah bangunan," tuturnya.

Sejak awal berdiri, tak banyak perubahan yang dilakukan oleh para penerusnya.

Sejumlah perawatan dilakukan hanya untuk memperbaiki agar bangunan tetap nyaman dilihat.

Seperti pada bagian kayu-kayu ventilasi, atau pengecatan ulang saja.

Restoran Bubuklada Gelar Grand Opening di Tengah Pandemi, Ini Alasannya

Kedai Kopi Es Tak Kie, Warung Legendaris yang Tak Lekang Digerus Zaman

Meracik Kopi Lewat Mata Hati, Pesan Barista Tuna Netra: Berjuang dan Pantang Menyerah

Nuansa tempo dulu yang sederhana dan masih asli memang sengaja dipertahankan karena sudah menjadi identitas bahkan daya tarik di masa sekarang.

"Kami memang tidak pernah melakukan renovasi dengan mengubah tempat. Hanya perbaikan pada bagian ventilasi, dan kayu-kayunya saja," kata Akwang.

Hal lainnya yang unik dari kedai ini juga terletak pada waktu operasionalnya.

Yakni hanya buka mulai pagi hari hingga pukul 14.00 WIB saja. 

Meski memungkinkan untuk buka hingga larut malam seperti kedai kopi pada umumnya, namun kesederhanaan lagi-lagi terlihat pada operasional kedai ini.

Keluarga memilih untuk memberikan waktu kepada para pekerja agar bisa beristirahat.

Selain pendapatan materi, ada hal lain yang juga harus dikejar dan tak kalah penting bagi keluarga Kopi Es Tak Kie yaitu kesehatan.

"Memang dari awal berdiri buka hanya sampai jam 2 siang. Sempet dulu pernah sampai siang, dan lanjut lagi sore sampai jam 9 malam. Yang ada badan kita yang capek," ungkap Akwang.

"Kita cari uang, cari tambahan dan cari sehat. Otomatis ada biaya listrik, air, dan karyawan, harus ada lebih. Kita sendiri badan kapan istirahatnya. Yaudah lah saya pikir normal lagi aja, sampai jam 2 siang," paparnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved