Sisi Lain Metropolitan
Viral Di Media Sosial, Ini Kisah Keluarga Fira, Penjual Kue Keliling di Rawamangun Jakarta Selatan
Usai viral di media sosial, keluarga Safira Sarifudin (11) angkat bicara soal ekonomi keluarganya.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Suharno
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, MATRAMAN - Usai viral di media sosial, keluarga Safira Sarifudin (11) angkat bicara soal ekonomi keluarganya.
Baru-baru ini, sebuah postingan di Instagram sempat viral.
Dalam unggahan tersebut, berisikan foto seorang anak kecil lengkap dengan sepeda dan dagangannya saat ditemui di kawasan Rawamangun.
Akhirnya, sejumlah komentar pun berdatangan dari warga net.
Beberapa dari mereka turut simpati dan mendoakan anak dalam foto tersebut.
• Uang Kotak Amal Masjid Al Mursalin Tanjung Priok Digasak Maling, Kerugian Hingga Rp 4 Juta
Setelah ditelusuri, anak dalam unggahan tersebut bernama Safira atau akrab disapa Fira.
Fira merupakan anak pertama dari pasangan Sarifudin (48) dan Acih (38).
Sedari usia lima tahun, Fira sudah mengikuti ayahnya untuk berjualan keliling menggunakan sepeda.
"Iya benar itu Fira. Saya juga awalnya enggak tahu. Tapi pas banyak yang ke rumah nanyain Fira, jadinya tahu. Intinya memang Fira sudah ikut ayahnya jualan dari usia 5 tahun," kata Acih selaku ibunya kepada TribunJakarta.com, Selasa (1/9/2020).
Setiap pagi, Fira dan ayahnya selalu bersiap menjual aneka kue basah.
• Modus Perampokan di Bandara Soekarno-Hatta, Tawarkan Tumpangan dan Dibius Pakai Minuman Racikan
Ada juga beberapa donat dan makanan ringan lainnya.
"Lepas magrib atau isya saya belanja ke Pasar Senen. Saya belanja kue subuh. Kemudian ayahnya sama Fira jualin besok paginya," jelasnya.

Sayangnya, tepat di pertengahan Maret 2020 lalu, Sarifudin menghadap Ilahi.
Ia menghembuskan napas terakhirnya tepat di pagi hari sebelum berjualan kue.
"Ayah bangun," ujar Acih berulang kali.
"Pas saya bangunin kok diam aja enggak kayak biasanya. Di situ saya pegang kakinya sudah dingin tapi bagian atas tubuhnya masih anget. Untuk memastikan dibawa ke RS. Di sana dibilang kena serangan jantung," jelaa Acih.
• Razia Masker di Pasar, Satpol PP Tidak Tega Terapkan Sanksi Denda: Uangnya untuk Makan Anak
Selepas kepergian sang ayah, Acih mengatakan Fira tetap bersikeras melanjutkan berjualan kue.
Meski Acih memintanya untuk berhenti, Fira memilih tetap berjualan demi membantu ekonomi keluarganya.
"Akhirnya selepas dari situ, Fira jualan sendiri. Saya tetap pergi ke pasar malam hari, dia yang jualan paginya," jelasnya.
Saat ini, guna menambah pemasukan keluarganya, Acih juga bekerja sebagai tukang cuci dan gosok.
Dengan bayaran perbulan Rp 200 ribu, ia berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya dan biaya untuk ketiga anaknya.
"Kalau jualan kue itu keuntungannya bisa mencapai Rp 100 ribu seandainya habis semua. Tapi kan diputar lagi untuk modal. Makanya pas ayahnya enggak ada, saya nyuci gosok di rumah tetangga. Enggak apa-apa gaji kecil, asalkan bisa ada uang tambahan untuk keluarga di rumah," jelas Acih.
Fira tak sekolah
Ketika membahas soal Fira, Acih menjelaskan bila Fira tidak pernah bersekolah.
Hingga usianya menginjak 11 tahun, Fira selalu menolak untuk di sekolahkan oleh orang tuanya.
"Aku enggak sekolah. Memang enggak mau, biar adik-adik aja yang sekolah. Aku jualan aja bantuin mama," kata Fira dengan polos.
"Begitulah jawaban dia. Saya sama ayahnya sudah menyuruh untuk sekolah. Tapi dianya enggak mau," sahut Acih.
Acih mengatakan Fira memiliki pemikiran yang jauh lebih dewasa dari anak seusianya.
Apa pun yang ia lakukan selalu mengacu pada kebahagiaan orang tuanya.
Sehingga, Acih dan almarhum suaminya hanya bisa mengikuti kemauan Fira.
"Saya ikuti apa kemauan Fira aja. Alhamdulillah anak-anak saya enggak banyak menuntut dan menerima kondisi keluarga yang seperti ini," tandasnya.