Viral di Medsos
Heboh Cuitan Pelecehan Panca, Keponakan Prabowo Geram: Saya Perempuan Bukan Berarti Bisa Dilecehkan
Dugaan pelecehaan dari cuitan itu diduga dialamatkan kepada Rahayu Saraswati, keponakan Prabowo Subianto.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM - Calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo tampak geram terkait cuitan pelecehan seksual yang diunggah politikus Partai Demokrat Cipta Panca Laksana.
Bahkan, akibat unggahan tersebut, Said Didu juga bereaksi dengan jawaban yang dianggap sebagai pelecehan seksual.
Dugaan pelecehaan dari cuitan itu diduga dialamatkan kepada Rahayu Saraswati, keponakan Prabowo Subianto.
Hal itu bermula dari cuitan Panca yang diduga menyinggung martabat perempuan.
TONTON JUGA:
• Cegah Ibu Stres di Tengah Pandemi Covid-19, Berikut Beberapa Hal yang Bisa Dilakukan
“Paha calon wakil walikota Tangsel itu mulus banget,” tulis akun @panca66.
Postingan itu kemudian diretweet Said Didu.
FOLLOW JUGA:
“Huzzz – no pict hoax,” jawab mantan Sekretaris Kementerian BUMN itu.
Cuitan tersebut kemudian menjadi heboh dan pengguna media sosial menghubungkannya ke ranah politik.
Seperti diketahui, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo maju sebagai calon wakil wali kota Tangerang Selatan pada Pilkada Serentak 2020.
Keponakan Prabowo Subianto itu mendampingi Muhammad, yang menjadi calon wali Kota Tangerang Selatan.
• Kakak Angkat Nagita Slavina Cerita Rumah Berdekatan, Akui Kebiasaan Gideon Tengker pada Cucu Begini
Cuitan itu kemudian membuat politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany mengkritik pedas.

"Jangankan menyelamatkan bangsa, menghargai perempuan saja tidak bisa. Alih-alih menilai/mengkritik @RahayuSaraswati dr track record & kinerja, malah sibuk cari cara melecehkan," tulis @tsamaraDKI.
Lebih lanjut, Tsamara menuturkan, peristiwa ini merupakan contoh nyata jika otak pelaku pelecehan yang bermasalah, bukan korban pelecehannya.
"Mbak Sara sedang nyalon jadi pejabat publik, yang dibahas malah ketubuhannya?," terang Tsamara Amany.
• Bocah Tewas Ditabrak Saat Mau Jajan di Warung Lalu Sopir Kabur, Terungkap Nomor Polisi Truk Penabrak
Atas kritik pedas Tsamara Amany, Rahayu lantas buka suara terkait cuitan Panca itu.
Wakil dari Muhamad di Pilkada Tangerang Selatan mengungkapkan kasus pelecehan tak ada hubungannya dengan afiliasi politik apapun. Siapapun bisa jadi korban dan pelaku.
“Pelecehan tdk ada hubungannya dgn afiliasi politik, beda pilihan politik bukan berarti bisa dilecehkan,” tulisnya di akun Twitternya, Sabtu (5/9/2020).
Calon yang diusung PDI Perjuangan, Partai Gerindra, PAN, PSI, dan Hanura ini juga menyebut pelaku pelecehan seksual adalah mereka yang punya jiwa kerdil dan pengecut.
“Atau krn saya perempuan bukan berarti bisa dilecehkan, pelecehan hanya dilakukan oleh mrk yg berjiwa kerdil & pengecut,” tegasnya.
Akibat dugaan pelecehan yang dialamatkan kepadanya, Rahayu Saraswati lantas mendapatkan banyak dukungan pengguna media sosial untuk melawan pelecehan seksual.
Pernyataan Rahayu Maju Pilkada
Melihat realitas politik yang terjadi, seharusnya perdebatan tidak lagi berkutat pada dinasti politik atau mempersoalkan keturunan siapa yang sedang mencalonkan diri dalam sebuah kompetisi politik.
Demikian pandangan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo saat berbicara dalam diskusi virtual bertajuk "Politik Dinasti untuk Siapa?" yang digelar DPD Vox Point Indonesia Banten, Rabu (19/8/2020).
"Saya bisa memberikan perspektif yang sangat subjektif. Pertama, tentang bagaimana politik dinasti ini bukan hal baru. Di negara-negara lain ini sudah mendarah daging bukan hal asing lagi. Dari mulai keluarga Kennedy, lalu Hillary Clinton di Amerika, yang populer di kalangan milenial itu Justin Trudeau (Kanada), lalu ada Shinzo Abe di Jepang," ungkap Saraswati menyebut sejumlah nama pemimpin dunia yang berasal dari dinasti politik.
Dalam konteks Pilkada Serentak 2020 yang akan datang, menurutnya lebih penting bagi rakyat untuk menyelidiki dengan teliti rekam jejak si kandidat dan menilai apa motivasinya mencalonkan diri menjadi pemimpin.
"Mohon dilihat dari calon yang diajukan, rekam jejaknya seperti apa? Terus mereka ini maju motifnya apa?" ujar keponakan dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, ini.
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mengakui Pilkada Tangsel ini menarik perhatian publik karena ketiga paslon sama-sama ada unsur dinasti politiknya.
Namun, hal itu bukan alasan untuk langsung memvonis bahwa semua calon yang berkompetisi tidak berkualitas, atau bahkan menjadi alasan untuk memilih "golput".
Menurut dia, yang harus dibangkitkan adalah kemampuan masyarakat untuk berpikir kritis dan memilah mana calon yang punya rekam jejak baik dan mana yang tidak.
Bicara soal awal mula ia terjun ke politik, Saraswati mengaku bahwa jauh sebelumnya ia tidak ada bercita-cita menjadi politikus.
Saraswati mengaku mendapatkan "panggilan" dari Tuhan untuk terjun ke dalam pengabdian masyarakat di dunia politik pada 2013, setahun sebelum ia dilantik menjadi Anggota DPR RI periode 2014-2019.
Keputusannya masuk ke politik adalah murni berdasar pengalaman spiritual serta nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan kepada dirinya sejak masih kecil.
"Tidak lupa akan Indonesia adalah nilai-nilai yang tertanam dari sejak saya masih kecil dan nilai sosial itu pun saya dapatkan dari ibu saya. Pada 2009 saya mengabdi, terpanggil menjadi aktivis anti perdagangan orang. Saya juga punya yayasan pribadi pada 2012 yang fokus pada anti-perdagangan orang. Justru karena itu saya masuk ke politik," jelasnya.
Mengutip tokoh fiksi buatan Marvel, Spiderman, Saraswati meyakini bahwa "dengan kekuatan yang besar maka harus ada tanggung jawab yang besar."
Nilai-nilai kebaikan dari mendiang kakeknya, Soemitro Djojohadikusumo, yang merupakan begawan pejuang, turut memotivasi Saraswati untuk mengabdi kepada masyarakat.
"Biarlah masyarakat menilai program dan visi misi calon dan melihat ke belakang apakah ini baru pertama kalinya muncul atau sudah dari dulu mulai mengabdi kepada negara," ajak Saraswati.
Dia tegaskan, jalan hidupnya sebagai pejuang politik bertujuan untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat luas.
"Karena kita melihat politik ini sebagai alat untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, bukan mencari jabatan, apalagi cari duit. Mohon maaf bapak dan ibu, kalau mau cari duit jadi pengusaha saja," tuturnya. (*)