Sisi Lain Metropolitan
Cerita Rizki Mantan Napi yang Ingin Miliki Angkringan Hingga Coffee Shop
Ikut pelatihan jadi barista selama di bui, Muhammad Rizki Tuhulele (26) impikan punya Angkringan hingga coffee shop.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Ikut pelatihan jadi barista selama di bui, Muhammad Rizki Tuhulele (26) impikan punya Angkringan hingga coffee shop.
Memiliki masa lalu yang buruk, tentunya dapat mengajari individu sejumlah hal.
Termasuk melangkah maju dan meninggalkan dunia hitam itu.
Itulah yang saat ini sedang dijalani oleh Rizki, sapaannya.
"Semua orang kan punya masa lalu dan seseorang berhak untuk berubah dari masa lalunya itu," kata Rizki kepada TribunJakarta.com, Selasa (8/9/2020).
Sempat dibui akibat kasus kriminal di tahun 2017, membuatnya sadar akan sesuatu.

Ia menyadari betapa berharganya hidup yang ia jalani dan sayang bila harus dirusak dengan hal yang tidak baik.
Akhirnya, ia pun coba untuk hijrah dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
"Selain ibadah, saya mencari kesibukan lain pas di dalam (bui). Saya ikut program pelatihan Jeera dengan menjadi barista," jelasnya.
Usahanya pun tak sia-sia.

Selepas bebas, Rizki mendapatkan kesempatan untuk bekerja di salah satu cabang Jeera.
Ia dipercaya menjadi barista di Jeera Coffee yang terletak di kawasan Kota Tua.
"Setelah jalani 1,5 tahun itu, alhamdulillah langsung kerja. Jadi bisa ngasih buat orang tua. Alhamdulillah banget," ungkapnya.

Saat ini, sekiranya sudah dua tahun ia menjadi barista.
Berbagai pengalaman pun sudah ia kantongi.
Hal inilah yang membuatnya memiliki keinginan untuk membuka usaha dan menjalaninya secara mandiri.
"Dari pelatihan yang saya punya, saya pengin punya coffee shop. Kalau memang modalnya enggak cukup, saya coba dari angkringan yang sektornya lebih kecil dulu,"
"Semoga modalnya segera terkumpul dan saya bisa punya usaha mandiri. Selain itu, ilmu yang saya punya juga bisa saya bagikan ke yang lainnya," jelasnya.
Awal mula masuk bui
Saat usianya masih belia, Rizki mengatakan sempat terjerumus ke dunia hitam dan membuat hidupnya seketika hancur.
Ketika usianya menginjak 15 tahun, Rizki menceritakan terbawa pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya.
Tawuran, mabuk-mabukan hingga narkoba menjadi hal yang biasa ia lakukan kala itu.
"Saya sekolah cuma sampai kelas X STM aja. Selanjutnya berhenti karena di drop out (DO). Jadi saya terkibat kasus tawuran," ceritanya.
Berbagai macam nasihat dari keluarga dan orang disekitarnya tak lagi ia dengarkan.
Ia memilih untuk mengikuti apa yang teman-temannya lakukan.
Padahal, teman-temannya itu membawa dirinya merasakan dinginnya dibalik jeruji besi.
"Lepas sekolah semakin liar istilahnya ya. Itu ikut tawuran dan segala macam sampai ditahan di polsek," sambungnya.
• Viral di Medsos Pelanggan Keluhkan Air Berlumpur, Ini Penjelasan PDAM Tirta Asasta Depok
• Ultah di Tengah Pandemi Covid-19, Persita Tangerang Usung Tema Selebrasi dari Hati
• Minta Pemprov DKI Inventarisir Makam Covid-19, NasDem: Kalau Habis Beli
Puncaknya, tepat di tahun 2017, orang tua Rizki lepas tangan terhadap dirinya.
Sementara kondisi saat itu bisa dikatakan genting lantaran Rizki tengah mendekam di balik jeruji besi akibat ulahnya.
"Puncaknya pas 4 kali tawuran ketangkap. Di situ orang rumah sudah lepas tangan. Sebab kan pas tawuran ada korban yang dilarikan ke RS,"
"Keluarganya enggak terima dan buat laporan di Polsek Matraman. Nah jebetulan pas korbannya sadar dia ngenalin saya sama beberapa teman saya pas malam kejadian itu," sambungnya.
Rizki yang terus membantah, membuat keluarganya angkat tangan dan menyerahkan semuanya dengan pasrah, sambil berdoa ada perubahan pada diri Rizki.
Akhirnya segala proses hukum pun diikuti.
Rizki dijatuhi hukuman penjara kurang dari dua tahun.
"Vonis saya 1 tahun 8 bulan. Akhirnya saya mendekam di Rutan Cipinang Blok Kriminal. Tapi alhamdulillah keluarga saya masih besuk. Bukan yang lepas tangan enggak peduli sama sekali gitu," jelasnya.
Selama beberapa bulan mendekam, Rizki tak pernah mengira bila ia akan berada di dalam penjara.
Senakal-nakal dirinya, Rizki tak pernah menduga akan berujung sampai sejauh ini.
Namun, nasi telah menjadi bubur. Rizki hanya bisa meratapi jalan hidupnya saat itu.
Perubahan
Meski begitu, Rizki mengatakan tak pernah terbersit atau berpikir untuk menyerah.
Atas bimbingan dari narapidana lainnya, Rizki kembali ke jalan yang benar.
"Pelan-pelan saya berubah. Alhamdulillah di dalam (bui) bertemu orang yang baik. Dari di luar enggak pernah ke masjid, saya di dalam belajar salat dan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa," jelasnya.
Setelah melihat kemantapan dari Rizki, temannya itu menawarkannya untuk menjadi tahanan pendamping atau tamping.
"Lu mau ikut pelatihan ngga?," tanya rekannya.
"Oh boleh deh, dari pada di blok enggak ada kerjaan," sahut Rizki
"Di situ saya ikut program pelatihan Jeera. Di situ saya jadi barista setelah 8 bulan di dalam," jelasnya.
Layaknya usaha yang tak pernah mengkhianati hasil, Rizki pun dipercaya untuk bekerja di Jeera Coffee yang terletak di kawasan Kota Tua usai bebas.
"Alhamdulillah, saya di dalam cuma 1,5 tahun aja, kehitung kelakuan baik juga kan. Nah pas keluar langsung kerja di Kota Tua. Cuma pas pandemi saya di pindah ke cabang yang di Cipinang ini," jelasnya.
Rizki mengatakan sudah memutuskan untuk berubah dan meninggalkan teman-temannya yang dulu.
Saat ini ia menjadi lebih selektif dalam memilih teman.
"Saat ini saya lebih menjaga jarak aja. Tapi syukur alhamdulillah di lingkungan rumah beberapa tetangga enggak lagi mandang saya sebelah mata. Sebab kan setiap orang punya kesempatan untuk berubah, dan saya buktikan itu ke mereka," tandasnya.