Masih Gunakan Masker Scuba dan Buff Untuk Hindari Covid-19? Simak Penjelasan Ini
Penggunaan masker berbahan scuba dan buff untuk mengantisipasi COvid-19 menjadi sorotan.
TRIBUNJAKARTA.COM - Penggunaan masker berbahan scuba dan buff menjadi sorotan.
Hal itu karena keduanya dianggap tidak efektif untuk melawan Covid-19.
Masker scuba banyak digunakan masyarakat karena bahannya yang nyaman sehingga tak membuat penggunanya pengap.
Selain masker scuba, yang tak disarankan digunakan yakni buff.
Buff biasanya digunakan oleh pemotor maupun para pendaki gunung untuk melindungi wajah dari debu.
Lantas bagaimana sebenarnya kualitas dari kedua masker itu? apakah memang tidak efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Dalam penelitian yang dilakukan ilmuwan Duke University, buff tak dapat mencegah droplet (tetesan pernapasan) keluar dari mulut saat berbicara.
Seperti kita tahu, droplet yang keluar saat berbicara, batuk, dan bersin adalah jalur masuk penularan virus corona Covid-19.

Pemimpin studi sekaligus spesialis pencitraan molekuler Martin Fischer memastikan, ketika orang berbicara dan droplet keluar dari mulut, artinya risiko penularan penyakit tetap tinggi.
Hasil riset yang terbit di jurnal Science Advances edisi 7 Agustus 2020 menunjukkan, buff adalah jenis masker yang paling tidak efektif mencegah transmisi.
Bahkan dalam riset itu disebutkan, orang yang memakai buff jauh lebih buruk dibanding orang yang tidak memakai masker sama sekali.
Menurut para peneliti, buff justru membuat droplet semakin berkembang biak di udara.
"Mungkin banyak orang berpikir, menggunakan masker jenis apa saja lebih baik dibanding tidak memakainya sama sekali. Akan tetapi, hal itu salah," kata Fischer.
"Kami mengamati bahwa jumlah droplet meningkat saat orang memakai buff. Kami yakin, bahan yang digunakan pada buff dapat memecah droplet menjadi partikel berukuran lebih kecil. Hal ini membuat pengguna buff menjadi kontraproduktif, karena tetesan yang lebih kecil lebih mudah terbawa udara dan membahayakan orang di sekitar," paparnya.
Penelitian ini membuktikan bahwa tidak semua masker memiliki tingkat keefektifan yang sama.
Masker scuba Dilansir Kompas.com edisi 14 April 2020, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir, menjelaskan dasar pengujian kinerja utama masker.