Masih Gunakan Masker Scuba dan Buff Untuk Hindari Covid-19? Simak Penjelasan Ini
Penggunaan masker berbahan scuba dan buff untuk mengantisipasi COvid-19 menjadi sorotan.
Setidaknya ada tiga tahapan dalam pengujian kinerja masker, yaitu: Uji filtrasi bakteri (bactrial filtration efficiency) Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency) Uji permeabilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker)
Menurut dia, masker kain dengan bahan yang lentur seperti scuba akan melar atau merenggang saat dipakai.
Hal ini membuat kerapatan pori kain membesar serta membuka yang mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi.
Akibatnya, peluang partikular virus untuk menembus masker pun disebutnya semakin besar.
"Jika pori kain makin besar maka peluang virus masuk akan besar," ungkapnya.
• BREAKING NEWS Mayat Perempuan Korban Mutilasi Ditemukan di Apartemen Kalibata City
Pandangan satgas Covid-19
Hal senada disampaikan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito.
Ia mengatakan penggunaan masker scuba dan buff kurang ampuh untuk mencegah virus corona (Covid-19).
Hal itu diungkapkan dalam konferensi pers perkembangan penanganan Covid-19 secara virtual di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (15/9/2020).
Ia mengatakan, masker scuba dan buff hanya memiliki satu lapisan dan bahan yang tipis.
Wiku pun menyarankan untuk menggunakan masker yang lebih berkualitas untuk mencegah Covid-19.
"Masker scuba atau buff ini adalah satu lapis saja dan terlalu tipis."
• SIkap Anak Jadi Motif Ibu di Sumedang Gunting Bendera Merah Putih
"Sehingga kemungkinan untuk tembus, tidak bisa menyaring, itu lebih besar," ungkapnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Selasa.
"Maka dari itu disarankan untuk menggunakan masker yang berkualitas untuk bisa menjaga," jelas dia.
"Masker scuba sering mudah untuk ditarik ke bawah di dagu. Sehingga fungsi masker jadi tidak ada," tambahnya.