Penumpang Dilecehkan Tenaga Medis

Kimia Farma Dalami Kasus Dugaan Pelecehan dan Pemerasan Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta

Kejadian tersebut diakui LHI di media sosialnya terjadi saat ia akan terbang ke Nias pada Jumat (18/9/2020).

Penulis: Ega Alfreda | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/ANNAS FURQON HAKIM
ILUSTRASI Petugas sensus penduduk yang mengikuti rapid test Covid-19 di Kantor Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (28/8/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Kasus pelecehan seksual yang dialami LHI oleh terduga oknum tenaga medis di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta ternyata sedang menjalani dinas di PT. Kimia Farma.

PT. Kimia Farma sendiri adalah penyedia jasa rapid test di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

Direktur Utama PT Kimia Farma Diagnostika, Adil Fadilah Bulqini menegaskan pihaknya bakal menyelidiki lebih lanjut dugaan kasus pelecehan seksual dan juga pemerasan terhadap LHI.

Kejadian tersebut diakui LHI di media sosialnya terjadi saat ia akan terbang ke Nias pada Jumat (18/9/2020).

"Sebentar ya, kasus sedang kami dalami," ujar Adil saat dikonfirmasi, Sabtu (19/9/2020).

Ia menjanjikan secepatnya akan memberikan update terbaru soal dugaan pelecehan seksual dan pemerasan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

"Segera kami sampaikan updatenya nanti," tambah Adil lagi.

Sebelumnya diberitakan, dugaan pelecehan seksual terhadap penumpang oleh tenaga kesehatan terjadi di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

Kasus tersebut terlanjur viral di media sosial Twitter saat korban sedang melakukan rapid test yang memang dapat dilakukan di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

Korban sendiri menceritakan pengalaman pahitnya lewat akun Twitter @listongs secara lengkap.

Ia bercerita kronologis dugaan pelecehan yang dilakukan oleh seorang pria yang dia panggil dokter pada Jumat (18/9/2020) pagi atau sekira pukul 04.00 WIB.

Pria tersebut yang melakukan rapid test kepada dirinya, saat rapid awal, sempat diklaim bila hasil perempuan muda yang akan terbang ke Nias pukul 06.00 WIB itu reaktif.

Bahkan menurutnya hasil tersebut bisa diubah ke non-reaktif asalkan ada imbalan sejumlah uang.

Tak main-main, oknum dokter tersebut meminta uang sebesar Rp 1,4 juta dan bukti transfernya ia unggah di akun Twitternya yang digunakan untuk menebus hasil non-reaktif.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved