''Jangan Menangis Ayah Sudah Tua, Ayah Tidak Takut Masuk Penjara''
"Ayah sudah melakukannya. Jangan menangis. Ayah sudah tua. Ayah tidak takut masuk penjara." Ucapan Tan Nam Seng tiga tahun silam terkabul.
Tuppani bahkan mempekerjakan mereka di perusahaan yang dipimpin mertuanya.
Tan tidak keberatan dan mengizinkannya.
• Masih Layani Makan di Tempat, Bangku dan Meja Makan PKL di Pluit Diangkut Petugas
Berjalannya waktu, hubungan mertua dan menantu itu mulai retak.
Bermula ketika Tan mendapati Tuppani memiliki dua anak dari selingkuhannya.
Bahkan, Tuppani rupanya diam-diam berencana menceraikan Shyller.
Dia merekam pertengkarannya dengan istri yang sudah dinikahinya 12 tahun itu untuk dijadikan bukti gugatan perceraian.
Tuppani mencoba meyakinkan mertuanya, kalaupun perceraian harus terjadi dia tidak akan meminta hak asuh anak.
Kesabaran Tan akhirnya habis ketika dia dan putrinya hanya mendapatkan separuh uang dari hasil penjualan perusahaan yang dipimpinnya.
Tuppani adalah sosok yang mendesak Tan untuk menjual perusahaan yang dirintis dengan susah payah oleh Tan pada tahun 1974.
Adapun alasan penjualan karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak begitu sehat.
Tan yang mengakui kemampuan berbisnis Tuppani, memilih mempercayakan segalanya kepada si menantu.
Ia semakin yakin bahwa sejak awal Tuppani telah merencanakan untuk menceraikan putrinya.
• Kenalkan Echinacea: Disebut Mampu Atasi Flu dan Kurangi Gejala Gangguan Mental
Tuppani juga ingin merebut kendali perusahaan, dan mengambil hak asuh anak.
Kondisi kesehatan fisik dan mental Tan perlahan merosot dan dia mengalami susah tidur.
Seperti itulah yang ia ucapkan kepada Shelry, setelah membunuh suaminya.
"Ayah tidak bisa tidur kemarin malam," ucap Tan.
Artikel ini disarikan dari berita Kompas.com berjudul: Tak Terima Putrinya Diselingkuhi, Mertua Bunuh Menantu di Kedai Kopi