Jakarta Terapkan PSBB Transisi

Omzet Pedagang Batik di PGC Kini Hanya Rp 1,5 Juta per Hari: Sebelumnya Rp 10 Juta

Pemilik 15 kios batik di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Kecamatan Kramat Jati itu mengatakan sejak awal pandemi hingga kini omzet dagangannya anjlok

Penulis: Bima Putra | Editor: Erik Sinaga
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
PGC, Jakarta Timur 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Tiga bulan berlalu sejak Pemprov DKI Jakarta mengizinkan pusat perbelanjaan kembali buka pada 15 Juni 2020 lalu dengan sejumlah ketentuan.

Namun kelonggaran yang diberikan guna menggenjot sektor perekonomian di masa pandemi Covid-19 tidak sepenuhnya berhasil, setidaknya hal itu dialami Hengky.

Pemilik 15 kios batik di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Kecamatan Kramat Jati itu mengatakan sejak awal pandemi hingga kini omzet dagangannya anjlok.

"Omzetnya paling cuma 15 persen dari normal. Sebelum pandemi pendapatan sehari Rp 10 juta, sekarang cuman Rp 1,5 juta. Jadi sejak ada corona turun drastis," kata Hengky saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Senin (12/10/2020).

Dia mengakui kelonggaran yang diberikan Pemprov DKI dalam PSBB sehingga mal kembali buka ibarat angin segar pagi para penyewa kios dan pegawai toko.

Masalahnya pandemi Covid-19 membuat banyak warga mengalami penurunan hingga kehilangan pemasukan, berbelanja kini ibarat kegiatan mewah.

Warga yang memiliki pekerjaan memilih berhemat, sementara yang kehilangan pekerjaan pontang-panting memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Enggak (PSBB Transisi), enggak ngaruh. Sebetulnya kenyataan di masyarakat itu bukan karena pengetatan PSBB, tapi karena kemampuan daya beli masyarakat tidak ada," ujarnya.

Hengky menuturkan nasibnya termasuk mujur dibanding sejumlah penyewa kios di PGC yang terpaksa gulung tikar karena terdampak pandemi Covid-19.

Baca juga: Memutus Mata Rantai Covid-19 dengan Menjalankan 3 M

Baca juga: Jakarta Teapkan PSBB Transisi, Akses Transportasi ke Pulau Seribu untuk Wisatawan Kembali Dibuka

Baca juga: Belanjakan Uang Palsu di Pasar, Perempuan Paruh Baya Diamankan, Terungkap Usai Diteriakin Tukang Mie

Menurutnya hingga kini sekitar 30 persen pedagang di PGC gulung tikar karena tak punya modal berdagang dan mampu membayar sewa kios.

"Mereka yang gulung tikar kebanyakan pedagang yang barangnya sudah habis, dan tidak memiliki modal lagi untuk menambah barang. Pedagang yang bisa bertahan karena mereka masih punya stok barang banyak," tuturnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved