Mengisi Waktu di Tengah Pandemi, Warga Malaka Sari Hijaukan Lingkungan dengan Bercocok Tanam
kelompok tani (Poktan) di RW 5 Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur mengajak warga untuk memanfaatkan waktu mereka dengan menanam tanaman
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, DUREN SAWIT - Pandemi Covid-19 masih melanda Indonesia.
Setelah tujuh bulan lebih, angka pasien positif Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan. Tak terkecuali di DKI Jakarta.
Alhasil, Pemprov DKI Jakarta mengambil sikap tegas dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hal ini tentunya berdampak pada sejumlah sektor dan turut mempengaruhi kapasitas individu di suatu perusahaan, restoran dan lain sebagainya.
Beberapa dari mereka terpaksa di rumahkan dan tak menjalani aktivitas seperti biasanya.
Mengacu pada hal itu, kelompok tani (Poktan) di RW 5 Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur mengajak warga untuk memanfaatkan waktu mereka dengan menanam tanaman hydroponik.
"Ini sebenarnya spontanitas di masa pandemi. Mereka secara kreatif memanfaatkan waktu untuk menanam tanaman hydroponik serta tanaman toga dan buah-buahan seperti anggur," kata Ketua RW 5, Zaenal Abidin di lokasi, Jumat (16/10/2020).
Sebenarnya, penanaman serupa memang sudah berjalan dalam kurun waktu satu tahun.
Di mana, poktan dan warga sekitar memanfaatkan gang dan lahan kosong untuk budidaya sayuran serta tanaman hyroponik.
Dinilai sebagai wilayah potensial, puluhan tanaman menghiasi tiap gang yang ada di RW 5.
Mulai dari yang ada di dalam pot maupun yang menjalar di kerangka besi yang ada di tiap gang.
Menariknya, semanjak pandemi, jumlah warga yang terlibat semakin banyak.
Beberapa dari mereka mencari kesibukan di tengah pandemi dengan hal yang bermanfaat.
"Oleh sebab itu, lingkungan di RW 5 semakin hijau karena kreatifitas warga ini. Mereka menanam, merawat dan menikmati hasil panen dari tanaman tersebut," sambung Zaenal.
Baca juga: Bawa Keranda Mayat, Serikat Rakyat Miskin Indonesia Unjuk Rasa Tolak Omnibus Law di Monas
Baca juga: 650 Personel Gabungan Kawal Unjuk Rasa Tolak UU Cipta Kerja di Depan Patung Kuda
Selain itu, hasil panen apa yang ditanam warga bisa menjadi sumber tambahan ekonomi mereka di tengah pandemi.
Pasalnya, di wilayah tersebut juga memiliki urban farming yang dirawat bersama.
Sehingga hasil penjualannya digunakan untuk operasional seperti pembelian pupuk dan kesejahteraan warga.
"Ini dari warga untuk warga. Jadi kami utamakan warga sekitar dulu. Kami bagikan untuk warga terdampak dulu, kami antarkan ke mereka berupa sayuran mentah dan buah-buahan, baru sisanya kami jual. Hasilnya digunakan untuk operasional dan kesejahteraan warga juga," sahut satu diantara anggota Poktan, Haryati.
Sejauh ini, warga RW 5 baru memasarkan sayuran jenis kangkung dan bayam.
Sementara untuk anggur dibagikan untuk warga sekitar serta pengendara yang melintas.
"Pendapatannya lumayan. Kalau untuk kangkung satu kilogramnya Rp 20 ribu. Sekali panen bisa sekitar 55 kg. Itu hasil yang kami gunakan untuk operasional dan pengembangan lahan, serta kesejahteraan warga," tandas Haryati.