3 Tahun Kepemimpinan Anies

3 Tahun Kepemimpinan Anies, Anggota DPRD DKI Jakarta Kenneth: Program Unggulan Harus Jelas

Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan sudah 3 tahun memimpin Jakarta, usai dilantik pada 16 Oktober 2017 lalu.

Editor: Wahyu Aji
ISTIMEWA
Anggota Komisi D dan juga Anggota Bapemperda DPRD Provinsi DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth. 

Menurut Kent, masalah sampah di Jakarta sangat serius, sehingga pengerjaan ITF di Sunter harus dipercepat pekerjaannya.

"Pemprov DKI menargetkan tahun 2022 proyek tersebut baru akan selesai. Menurut saya masalah sampah ini sangat serius. TPST Bantar Gebang akan mengalami kelebihan kapasitas atau overload pada 2021, dan dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah besar di Jakarta, jika proyek ITF tidak dikebut pengerjaanya," kata Kent.

Lebih lanjut Kent juga mengomentari kinerja Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP).

Kent menilai kinerja TGUPP hingga saat ini belum maksimal dan tidak diketahui sampai sejauh mana.

Pasalnya, Pemprov DKI Jakarta tidak transparan kepada publik tentang apa-apa yang sudah dikerjakan oleh TGUPP.

"Coba tolong di share ke publik tentang pencapaian yang dilakukan oleh TGUPP, agar masyarakat tahu. Karena mereka digaji menggunakan APBD, jadi masyarakat berhak mengetahui apa saja yang sudah dikerjakan oleh TGUPP, gaji mereka tidak sedikit loh," kata Kent.

Perlu diketahui sebelumnya, pada mulanya Pemprov DKI Jakarta mengusulkan anggaran dalam dokumen KUA-PPAS 2020 untuk gaji TGUPP, dan disepakati Rp19,8 miliar untuk masuk dalam RAPBD 2020, dan anggaran tersebut paling banyak digunakan untuk menggaji 67 anggota TGUPP.

Hingga akhirnya, Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta hanya menyetujui anggaran untuk 50 orang.

Namun, anggarannya belum diketahui kejelasannya karena kurang transparannya pemprov DKI terhadap hal ini.

"Anggota TGUPP sebanyak 50 orang menurut saya itu juga terlalu banyak, harusnya bisa di kurangi lagi, cukup hanya belasan saja. Berhentikan anggota TGUPP yang merangkap jabatan, dan bekerja tidak becus. Saya rasa 10 orang juga sudah cukup asal kerjanya benar dan serius," ujarnya.

Selain itu, Kent juga mengomentari kurang maksimalnya komunikasi dan koordinasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan anggota DPRD DKI Jakarta, sehingga jika membuat kebijakan banyak yang menimbulkan kontroversi.

"Pak Anies ini kurang berkomunikasi dengan anggota DPRD, sehingga setiap mengambil kebijakan tidak melibatkan DPRD seperti melakukan perpanjangan PSBB di Jakarta kemarin. Hal itu seharusnya melibatkan anggota dewan agar mendapatkan masukan-masukan yang baik, sehingga tidak mengeluarkan kebijakan yang blunder dan berat sebelah," kata Kent.

Lalu soal penanganan Covid-19 di Jakarta, yang dinilai Kent terlalu banyak regulasi yang membuat warga DKI Jakarta kebingungan, seperti menerbitkan Keputusan Gubernur (Kepgub) 980/2020 tentang Prosedur Pengelolaan Isolasi Terkendali dalam Rangka Penanganan Covid-19

Salah satunya memperbolehkan pasien positif corona, untuk melakukan isolasi mandiri di rumah, lalu memasang stiker pengumuman rumah tempat pasien positif yang akan menjalani isolasi mandiri.

"Sikap gubernur Anies ini saya nilai sangat plin plan terhadap penanganan Covid-19 di DKI Jakarta, kenapa kembali memperbolehkan pasien isolasi mandiri di rumah, dan soal pemasangan stiker pengumuman isolasi di rumah itu, saya nilai sangat tidak bijak dan aneh," kata Kent.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved