Makam Tragedi Bintaro di TPU Kampung Kandang: Sebagian Tak Bernisan, Peziarah Bawa Jajanan Pasar
Tragedi Bintaro 1987 yang menewaskan ratusan penumpang itu selalu dikenang sebagai peristiwa kelam kecelakaan kereta api di Indonesia.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
"Dari tahun 2017 saya kerja, makam sudah ada di situ. Sudah dipetak-petakin begitu," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Senin (19/10/2020).
Ia juga belum pernah menghitung jumlah makam di blok Tragedi Bintaro tersebut.
Menurutnya, jasad yang disemayamkan di kuburan massal itu dalam keadaan tidak utuh.
"Jadi yang di sini kelihatannya massal aja (menguburnya). Itu dibentuk-bentuk aja gundukan makamnya," pungkasnya.
Baca juga: Kakanwil Banten Benarkan Jasad Tergantung di Jasinga Adalah Terpidana Mati Cai Changpan
Baca juga: Mahasiswa Desak Jokowi Terbitkan Perppu UU Cipta Kerja, Siap Turun ke Jalan Perjuangkan Aspirasi
Baca juga: Kemenkes Dapat Tagihan Klaim Rumah Sakit Covid-19 di Kota Bekasi Sebesar Rp 147 Miliar
Bebas Iuran
Wiyono, mengatakan blok khusus itu bebas iuran makam.
Iuran yang harus dibayarkan per tiga tahun itu tidak dibebankan kepada pihak keluarga korban.
Selama ini, ia tidak pernah memberikan surat pengantar atau rekomendasi pembayaran kepada mereka.
"Kalau untuk tragedi bintaro bebas. Saya enggak pernah memberikan surat pengantar pembayaran untuk diteruskan ke pihak kelurahan," ungkapnya.
Jelang bulan puasa
Menurut Wiyono, peziarah dari keluarga atau kerabat jarang mengunjungi makam itu.
Biasanya, mereka datang saat menjelang bulan Ramadan atau Hari Raya Lebaran.
"Kalau enggak acara munggahan atau lebaran mereka ke sini. Kalau pas tanggal 19 ini malah belum kelihatan," katanya.
Selama dinas sejak 2017, ia mengaku jarang melihat peziarah yang datang ke blok tragedi tersebut.
Sering Bawa Jajanan Pasar