Kisah dari Ciliwung
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala
Sungai Ciliwung menjadi sumber penghidupan bagi Nawan (46). Warga Tanjung Barat tersebut bergantung dengan sungai berair keruh yang membelah Jakarta.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Hanya bercelana pendek, ia mulai membuat rakit dari gedebok pisang untuk memudahkannya menebar jala di tengah kali.
Sebelum kedua anak muda itu semangat bekerja mencari ikan, Nawan mengatakan ia telah lebih dulu mencari nafkah sebagai pencari ikan sapu-sapu di sana.
Nawan mengatakan ia sudah melakoni pekerjaan mencari ikan sapu-sapu selama 12 tahun.
Saat itu, ia diminta seorang pemasok untuk mencari ikan sapu-sapu.
Nawan mencoba peruntungan baru sebagai pencari ikan sapu-sapu semenjak berhenti dari pekerjaan sebagai petugas kebersihan di kawasan Melawai.
"Dulu banyak sekali, sampai bingung bawanya bagaimana," ujarnya kepada TribunJakarta.com di bantaran Kali Ciliwung pada Selasa (2/11/2020).
Nawan biasanya menebar jala ke Sungai Ciliwung di kawasan Lenteng Agung, Depok dan Cijantung.
Biasanya, ia memakai rakit yang terbuat dari gedebok pisang untuk mencari ikan sapu-sapu.
Seringkali ia meraup banyak ikan dari hasil menebar jala di daerah itu.
Di kalangan teman-teman dekat dan saudaranya, Nawan kerap dipanggil dengan nama Agung.
Kirim ke Pemasok
Hasil tangkapan dalam sehari tidak langsung dijual Nawan ke pemasok.
Setiap hari, ikan hasil tangkapannya disimpan di dalam lemari pendingin di rumahnya.
Sebelum disimpan, daging ikan itu harus dipisahkan dari badannya dan dibersihkan.
Bila sudah mencapai 40 kg sampai 50 kg, Nawan membawanya ke pemasok di sejumlah wilayah mengendarai sepeda motor.