Kisah dari Ciliwung

Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala

Sungai Ciliwung menjadi sumber penghidupan bagi Nawan (46). Warga Tanjung Barat tersebut bergantung dengan sungai berair keruh yang membelah Jakarta.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu-4.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Tumpukan ikan sapu-sapu di atas batu sebelum dagingnya dilepaskan pada Selasa (3/11/2020).
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu7.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Nawan sedang mengangkat jala menuju kali Cijantung dekat Sungai Ciliwung pada Selasa (3/11/2020).
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu-7.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Nawan sedang menebar jala dari gedebok pisang pada Selasa (3/11/2020).
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu-5.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Nawan sedang menebar jala dari gedebok pisang pada Selasa (3/11/2020).
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu-3.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Tumpukan ikan sapu-sapu di atas batu sebelum dagingnya dilepaskan pada Selasa (3/11/2020).
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu-2.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Upi (bertelanjang dada menggunakan topi) dan Aap sedang menyeberang kali untuk menebar jala sementara Nawan berada di atas rakit pada Selasa (3/11/2020).
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu-1.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Nawan menunjukkan ikan sapu sapu hasil tangkapannya pada Selasa (3/11/2020).
Kisah Nawan, 12 Tahun Jadi Pencari Ikan Sapu-sapu di Ciliwung: Mencari Sesuap Nasi dari Menebar Jala - nawan-pencari-sapu-sapu.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Nawan, pencari ikan sapu-sapu menggunakan gedebok pisang di Sungai Ciliwung, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Selasa (3/11/2020).

Biasanya, ia mengirimkannya tiga hari sekali ke kawasan Cileungsi dan Bekasi.

Dulu, harga per kilo ikan kala itu masih Rp 2.500. Saat ini per kilonya sudah Rp 14.500. 

Nawan tak tahu pasti mau diapakan daging sapu-sapu yang dijualnya itu.

Ia menduga bakal dijadikan bahan untuk membuat jajanan berupa siomay atau cilok.

Namun, Nawan belum pernah mendengar daging ikan sapu-sapu yang dijualnya membuat orang lain keracunan.

"Kalau buat orang mabok (keracunan) enggak mungkin, kalau mabok saya sudah dipenjara. Saya udah 12 tahun makan ikan ini, banyak juga yang makan ikan ini. Sama pemerintah juga enggak melarang," jelasnya.

Air pasang sulit mencari ikan

Namun, Nawan mengaku kesulitan menebar jala bila air sungai pasang akibat hujan atau banjir kiriman dari Bogor.

Soalnya, debit air yang meninggi mengakibatkan banyak sampah di sungai sehingga menyulitkan menangkap ikan.

"Kalau hujan enggak berhenti nanti air sungai pasang, kita tebar jala malah susah dapat ikannya. Sapu-sapu enggak bisa terlalu banjir terhalang sampah," lanjutnya.

Musim kemarau menjadi musim yang tepat untuk mencari ikan sapu-sapu karena debit air di sungai sedikit.

Hidupi 3 anak dari Menebar Jala

Dari hasil bergulat di air keruh sembari menebar jala sehari-hari, Nawan mampu menghidupi ketiga anaknya, Maulana Yusuf (25), Abdul Faqih (16) dan Mawardi Taher (6).

"Saya bisa menghidupi ketiga anak saya dari menebar jala di sungai ini. Anak-anak bisa sekolah juga dari sini. Bisa makan dari sini juga," ujarnya.

Masruah menambahkan suaminya tidak kalah dengan orang berpendidikan soal mencari rezeki.

Apalagi di masa sulit seperti ini tak mudah mencari pekerjaan.

"Ya alhamdulilah, sama yang orang sekolahan enggak kalah. Suami saya padahal enggak bisa baca tulis," katanya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved