Kisah dari Ciliwung
Sudah Sekitar 40 Tahun Perahu Getek Jadi Transportasi Sungai Ciliwung, Penghubung Pejaten dan Condet
warga sering menggunakan perahu getek di Sungai Ciliwung yang berada di antara wilayah Balekambang, Jakarta Timur dan Pejaten Timur.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR MINGGU - Sejak dulu, warga sering menggunakan perahu getek di Sungai Ciliwung yang berada di antara wilayah Balekambang, Jakarta Timur dan Pejaten Timur, Jakarta Selatan, untuk menyeberang.
Menurut Ketua Komunitas Ciliwung Peduli Gema Bersuci sekaligus warga asli Pejaten, Royani (65), sejak tahun 1970-an getek itu sudah ada sebagai penghubung antar warga perbatasan.
Kala itu, warga antar wilayah itu masih ada ikatan keluarga
"Getek dulu awalnya dari tahun 1970-an. Karena sejarahnya Warga Pejaten Timur sama Condet masih banyak yang saudara atau satu keluarga. Jadi adanya getek untuk komunikasi secara fisik antar warga di dua wilayah itu," jelasnya kepada TribunJakarta.com di lokasi pada Jumat (6/11/2020).

Royani mencontohkan bila ada warga yang meninggal, biasanya warga lainnya datang melayat menggunakan getek untuk menyeberang.
Getek yang terbuat dari bambu itu digunakan juga oleh para pelajar dan pedagang kaki lima.
"Tukang-tukang ngontrak di Condet punya usaha di Pejaten gunakan getek ini. Begitu pun sebaliknya," lanjut Royani.
Getek tersebut kini menjadi diurus oleh Komunitas Gema Bersuci.
Komunitas itu yang menjaga getek agar terus bisa digunakan warga.
Namun, banjir yang melanda permukiman di sekitar bantaran Januari silam menyebabkan getek bambu itu hancur.
Akhirnya, Royani meminjam pelampung HDPE milik UPK Badan Air sebagai pengganti getek bambu yang rusak.
Pelampung HDPE itu diikat dengan tali tambang hitam.
Tali itu kemudian diikatkan lagi di tali tambang yang membentang di antara kedua wilayah tersebut agar tidak terbawa arus.
Satu orang diminta untuk membantu warga yang hendak menyeberang.