Sisi Lain Metropolitan
Cerita Penjaga Pintu Perlintasan di Kebon Baru: Lalai, Pengendara Motor Tewas Tersambar KRL
Penjaga kereta itu sempat diberhentikan oleh ketua pos perlintasan. Namun, direkrut kembali lantaran telah berkeluarga.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Para penjaga boleh saling bercanda atau sembari makan dan minum asalkan mata mereka selalu waspada melihat arah kereta.
Sebanyak 10 orang bertugas menjaga pos itu secara bergantian yang dibagi ke dalam tiga shift, pagi, siang dan malam. Tiap shift dijaga oleh dua orang.
Siang itu, Irman dan Doni sedang berjaga.
Irman bertugas sebagai pengendali portal sedangkan Doni berada di luar pos sembari melihat kereta dari kejauhan.
Menjaga pintu perlintasan sebenanya tak sulit lantaran jalur kereta lurus tak berbelok. Dari kejauhan, kereta yang datang pasti terlihat.
Namun, para penjaga pintu perlintasan akan mengalami kendala bila cuaca berubah hujan deras disertai kabut.
Jarak pandang mereka menjadi terbatas. Kereta pun dari kejauhan sulit terlihat.
"Kalau hujan mendingan kita tutup sementara sampai reda. Karena hujan sedikit, jarak pandang jadi enggak jauh," ucap Irman yang sesekali membantu mendorong gerobak pedagan melintas.
Petaka pernah nyaris menimpa seorang pengendara motor yang hendak melintas saat hujan deras.
Pengendara motor itu tak sabar untuk melintasi pintu perlintasan kereta.
"Pernah kita tutup, ada seorang ibu buru-buru mau menyebrang. Kita bilang, ibu lebih baik tunggu sampai reda. Tapi ibu itu memaksa sampai marah-marah. Ketika melintas, tiba-tiba ada kereta datang. Akhirnya kita dorong motor ibu itu biar lebih cepat," cerita Irman.
Kendati sederhana, pos perlintasan di Kebon Baru ini berguna bagi pengguna jalan ataupun warga sekitar.
Jalur perlintasan hasil swadaya warga itu tak pernah sepi terutama di jam sibuk sebelum pandemi.
Banyak pengguna jalan melewati pintu perlintasan ini setiap hari sebagai alternatif demi memangkas jarak dan waktu tempuh.
Hasil Swadaya Warga