Sisi Lain Metropolitan
Menuai Rezeki dari Palang Pintu Kereta Sederhana di Kebon Baru, Penjaga: Membantu yang Nganggur
Penjaga pos perlintasan kereta di dekat Stasiun Tebet, Jakarta Selatan merasa terbantu dengan dibangunnya pintu perlintasan sederhana hasil swadaya
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Terlihat sejumlah pengendara motor yang melintas memasukkan uang ke dalam kotak kayu ataupun ember bekas cat yang tergantung dekat pintu perlintasan.
Ada juga beberapa pengendara motor yang langsung memberikan uang kepada Irman ataupun Doni.
Dalam sehari, Irman mengaku mendapatkan penghasilan sekitar Rp 100 ribu-an selama pandemi Covid-19. Di waktu normal, bisa mencapai Rp 200 ribu sehari.
Selama pandemi, pintu perlintasan buka hanya dari 05.30 WIB sampai 20.00 WIB.
Di pos yang dijaganya itu, ada 10 orang bertugas untuk menjaga pintu perlintasan.
Mereka bertugas dibagi per tiga shift, pagi, sore dan malam hari.
Tiap penjaga bertugas menjaga palang pintu selama tiga jam.
Hujan deras dan kabut
Mencari sesuap nasi sebagai penjaga pintu perlintasan kereta rel listrik tak bisa tanggung-tanggung.
Pasalnya, seorang penjaga pintu bertanggung jawab bukan hanya diri sendiri melainkan orang lain. Apalagi bila pintu perlintasan yang dijaga tidak resmi.
Tidak ada palang pintu yang tertutup secara otomatis ataupun bunyi sirine tanda kereta hendak melintas.
Sebagai penjaga pintu tak resmi di kawasan Kebon Baru, Irman (39), tak boleh lengah saat menjaga pintu kereta.
Kedua matanya harus terus awas melihat jalur kereta dari dua arah, arah Stasiun Cawang dan Stasiun Tebet.
Bila dari kejauhan kereta rel listrik sudah tampak, ia langsung memutar tuas di pos.
Kedua palang pintu yang berada di antara wilayah permukiman padat Kebon Baru RT 007 RW 005 dan perumahan Tebet Timur itu lalu tertutup bersamaan.